REPUBLIKA.CO.ID, SOLO -- Buruh rumahan mendesak Pemerintah Kota Solo membuat regulasi terkait buruh rumahan di Solo. Mereka berharap Pemkot Solo mendengarkan keluh kesah buruh rumahan yang menuntut peningkatan kesejahteraan.
Hal itu disampaikan sejumlah buruh rumahan dalam unjuk rasa di halaman depan Balai Kota Solo pada Selasa (2/5). Mereka juga menuntut jaminan sosial dan upah layak yang sesuai upah minimum kota.
“Kami tidak tercover jaminan kesehatan, jaminan ketenagakerjaan, upah juga tidak layak. Sedang pekerjaan kami seperti buruh pabrik, hanya saja dikerjakan di rumah,” tutur Nuning koordinaror aksi buruh rumahan.
Dia menjelaskan, misalnya saja untuk pekerjaan membuat tas batik rumahan, dirinya hanya mendapat upah sekitar Rp 2 ribu per buahnya. Dalam sehari, Nuning mampu membuat sekitar 20 tas. Meski telah bertahun-tahun menggeluti pekerjaan tersebut, namun kata dia tak ada kenaikan upah sedikitpun.
“Kami meminta ada aturan yang benar-benar mengatur tentang hak dan kewajiban buruh rumahan,” katanya.