REPUBLIKA.CO.ID, BANDA ACEH – Kontak Tani dan Nelayan Andalan (KTNA) Indonesia memberikan penghargaan Adhi Bhakti Tani Nelayan Utama kepada Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman. Penghargaan diberikan kepada Mentan atas pengabdian dan kesetiaan dalam membina, memotivasi semangat dan tanggung jawab, serta mewujudkan kemandirian petani sekaligus meningkatkan sumber daya manusia pertanian.
Penghargaan diberikan langsung oleh Ketua KTNA Winarno Tohir usai acara Rembug Utama Pekan Nasional (Penas) XV Petani Nelayan di Banda Aceh, Jumat (5/5).
Winarno mengatakan, penghargaan kepada Mentan lantaran selama dua tahun terakhir pertanian nasional sudah mencapai kemajuan yang pesat. “Beras kita sudah swasembada, jagung impor turun drastis, ini kita harapkan daging sapi, kedelai, dan lainnya akan menyusul dan petani siap bekerja lebih keras,” ujar Winarno.
Selain Mentan, sejumlah tokoh lain juga mendapatkan penghargaan serupa dari KTNA. Mereka antara lain Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo, Gubernur Aceh Zaini Abdullah, Bupati Ogan Komering Ulu Timur (OKU Timur) M Kholid Mawardi, Bupati Musi Rawas Hendra Gunawan, dan Bupati Ketapang Martin Rantan.
KTNA juga menganugerahkan lencana Adhi Bhakti Tani Nelayan Pratama kepada Bupati Lingga Alias Wello, Sekretaris Daerah Kabupaten Kutai Kertanegara Marli, Kepala Dinas Pangan, Tanaman Pangan, dan Hortikultura Kalimantan Timur, serta Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Daerah Kabupaten Kutai Kertanegara Akhmad Hardi Dwiputra.
Winarno berharap, penghargaan tersebut makin meningkatkan semangat pengabdian dan sumbangsih tiada henti kepada kaum petani dan nelayan di Indonesia. “Petani tentu sangat berterima kasih kepada para tokoh yang terus menerus membela kepentingan petani dan pertanian,” katanya.
Mentan Amran Sulaiman menyatakan, keberadaan petani yang tergabung dalam KTNA sangat strategis bagi negara. Sebab, kedaulatan pangan nasional tidak akan tercapai tanpa adanya para petani yang didukung dengan stakeholder lainnya, termasuk para kepala daerah (gubernur, wali kota, dan bupati) serta unsur TNI. Karena itu, tak pantas rasanya apabila dia sebagai Mentan juga tidak melakukan pembelaan yang sama.
“Yang ingin mencoba menzalimi petani, berhadapan dengan saya,” kata Mentan disambut tepuk tangan ratusan perwakilan petani nelayan yang hadir di gedung aula (pendopo) Pemerintah Provinsi Aceh.
Mentan menegaskan, kedaulatan negara tidak bisa jika tidak diawali dengan ketahanan pangan. Khusus untuk beras sebagai pangan utama masyarakat Indonesia, pemerintah saat ini terus mendorong peningkatan produksi sekaligus menjaga stabilitas harganya. Dia meyakinkan, tahun ini tidak akan ada gejolak harga beras.
“Tidak ada alasan harga naik. Kita harus bersama-sama menghadapi mereka yang mengatakan negara ini akan berbahaya kalau tidak impor,” ujarnya.
Mentan pun meminta kepada para kepala daerah untuk menjadi petarung dan pembaharu dengan memanfaatkan lahan-lahan yang ada guna memproduksi pangan. Bagi daerah-daerah yang ada di perbatasan dengan negara lain, Amran berjanji menyiapkan segala keperluan produksi pertanian mulai dari benih, pupuk, sampai alat mesin pertanian agar mereka bisa memproduksi pangan.
“Lahan-lahan di perbatasan tanami dengan padi, jagung untuk memenuhi kebutuhan sekaligus ekspor. Jika kita mampu banjiri negara tetangga dengan produk pangan kita, insya Allah kita akan dikenang selamanya sampai kiamat kelak,” kata Mentan.