REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Gubernur DKI Jakarta terpilih, Anies Baswedan, menyatakan mandat yang sudah diberikan warga DKI Jakarta padanya, akan menjadi mandat yang akan dipertanggungjawabkan dunia akhirat. Ia mengajak seluruh warga untuk bergandengan sebagai saudara, dalam satu rumah besar yaitu Kota Jakarta.
"Hingga kini, Jakarta menjadi tombak peradaban manusia sejak dulu kala. Jakarta bukan sekedar kumpulan real estate, gedung-gedung, rumah-rumah, sungai-sungai, dan jalan-jalan. Tapi ada juga kumpulan manusia-manusia yang berjiwa, bukan hanya sekedar benda mati," ucap Anies dalam pidatonya di acara Pesan Persatuan Jakarta, Jumat (5/5) malam.
Acara tersebut, dihadiri juga oleh kedua ibunda dari Anies Baswedan dan Sandiaga Uno, sebagai orang yang sejak mereka dilahirkan, menjadi sosok panutan. Halaman tengah Museum Bank Indonesia, sempat diguyur hujan dan kemudian berhenti tepat 15 menit sebelum acara dimulai.
Anies mensyukuri hujan yang ternyata mengguyur Jakarta pada malam itu, bisa berhenti tepat sebelum acara dimulai. "Alhamdulillah tadi juga hujan, semoga pertanda baik dan berkah. Kemudian tempat ini juga menjadi sejuk dan nyaman, karena hujan," kata dia.
Ada pertolongan Allah SWT, di balik kemenangan dirinya sebagai Gubernur DKI Jakarta, sehingga tanggung jawab akan ia pegang hingga ke akhirat. "Ikhtiar, gotong royong, dan doa yang terus menerus dipanjatkan, disambut pertolongan Allah SWT dan dukungan warga Jakarta, menghantarkan kami pada kemenangan sesungguhnya. Warga jakarta sudah bersuara keadilan bagi semua. Allah maha membolak-balikkan hati. Allah pemberi dan penarik kekuasaan," ujar dia.
Sementara, Wakil Gubernur DKI Jakarta terpilih, Sandiaga Uno, menyebutkan beberapa janji mereka yang akan segera dilakukan, salah satunya membangun stadion untuk kesebelasan Persija. Dan dalam lima bulan jelang pelantikan, Sandiaga dengan semangatnya mengajak Anies untuk kembali mengunjungi warga DKI Jakarta.
"Bro, kita keliling lagi ya," ucap Sandi kepada Anies dalam pidatonya. Salah satu warga yang akan dikunjungi mereka adalah Topas, warga Kampung Akuarium, Penjaringan, Jakarta Utara, yang disebut oleh warga setempat sebagai Lurah Puing. Karena dia lah yang menjadi pengganti Ketua RT maupun Ketua RW yang sudah tidak mau mengakui lagi wilayah tempat tinggal mereka.
Ikuti Whatsapp Channel Republika