REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin menilai, pendiri organisasi Nahdlatul Ulama (NU) KH Hasyim Asy'ari memiliki wawasan luas tentang Keislaman dan Keindonesiaan. Wawasan Kiai Hasyim bahkan menjadi acuan NU hingga sekarang.

Wawasan luas tersebut, kata Lukman, tidak lepas dari perjalanan pendidikannya diberbagai pesantren. Termasuk mengenyam pendidikan di luar negeri seperti Arab Saudi.

Kiai Hasyim banyak belajar ilmu seperti fikih dan tauhid. Itu sebabnya, pemikiran Kiai Hasyim sangat beragam.

"Wawasan Keislaman beliau sangat luas. Menonjol kesadaran terhadap keragaman," ujar Lukman, saat seminar Pemikiran KH Hasyim Asy'ari, di Gedung Nusantara, Sabtu (6/5).

Itu sebabnya resolusi jihad bukan hanya dilatar belakangi agama, namun juga kecintaan terhadap Tanah Air. Dua hal tersebut yang mendasari bahwa kemerdekaan wajib dipertahankan.

Lukman juga menyinggung terkait khittah NU Situbondo. Saat itu semangat Kiai Hasyim menjadi landasan waktu. Pemikiran Kiai Hasyim tidak hanya sebagai landasar berpikir tapi juga penerapan Ahlu Sunnah Wal Jamaah yang disesuaikan dengan kondisi masyarakat.

Pemikiran Kiai Hasyim untuk masa depan, kata Lukman, dapat menjadi pedoman yaitu tidak perlu lagi mempersoalkan landasan negara. Kemudian mengisi pancasila dengan nilai-nilai kontekstual.

Lukman mengajak, ke depan agar siap menghadapi tantangan diera perkembangan globalisasi. Sebagai masyarakat dunia nilai keberagaman jelas akan mempengaruhi.

"Tantangannya adalah bagaimana nilai-nilai tawasut, tasamuh, tawazun,  i'tidal akan menghadapi tantangan besar karena kompetisi semakin keras," katanya.

Ikuti Whatsapp Channel Republika