REPUBLIKA.CO.ID, INDRAMAYU -- Lapas Kelas II-B Kabupaten Indramayu meningkatkan pengamanan di lingkungan lapas. Hal itu dimaksudkan untuk mengantisipasi kaburnya para warga binaan (napi) seperti yang terjadi di rutan Sialang Bungkuk, Pekanbaru, Riau.
"Kami tingkatkan kewaspadaan, kontrol pintu-pintu," ujar Kepala Lapas Kelas II-B Kabupaten Indramayu, Sulistiyadi, saat ditemui di ruang kerjanya, Senin (8/5).
Tak hanya itu, Sulistiyadi mengatakan, jumlah regu pengaman dan petugas jaga yang masih belum ideal juga ditambah. Staf di lapas pun ditugaskan untuk piket sehingga ada petugas jaga dan pengaman yang bertugas selama 24 jam secara bergantian.
Untuk membantu pengawasan, Lapas Indramayu juga telah dilengkapi kamera CCTV yang dipasang di sejumlah titik rawan. Seperti di pintu masuk, tembok pembatas dan sudut-sudut pagar lapas.
Lapas Indramayu pun tetap memberlakukan penggeledahan kepada setiap tamu yang hendak keluar dan masuk ke dalam lapas. Hal itu dimaksudkan untuk menghindari berbagai kejadian yang tak diinginkan.
Mengenai jumlah warga binaan di Lapas Indramayu, Sulistiyadi mengakui, saat ini sudah melebihi kapasitas. Dia menyebutkan, seharusnya kapasitas lapas Indramayu hanya untuk 382 orang warga binaan. Namun saat ini, jumlah warga binaan sudah mencapai 554 orang.
"Seharusnya satu orang warga binaan mendapat ruang gerak minimal 5,4 meter persegi. Namun saat ini ya tidak bisa," ujarnya.
Sulistiyadi mengatakan, untuk mengatasi kondisi seperti itu, seharusnya sebagian warga binaan dipindahkan ke lapas di daerah lain. Namun, hal tersebut tidak bisa dilakukan karena lapas di daerah lain pun sudah melebihi kapasitas.
Untuk menghindari kerawanan terjadinya gesekan antarwarga binaan akibat berlebihnya kapasitas lapas, Sulistiyadi menjelaskan, lapas yang dipimpinnya meningkatkan pembinaan kepada para warga binaan. Pembinaan yang dilakukan terutama dalam bidang agama, mental dan kegiatan olah raga.
Tak hanya itu, Lapas Indramayu juga memberikan pelatihan keterampilan kepada para warga binaan, seperti beternak lele maupun las. Diharapkan, mereka memiliki bekal keterampilan untuk melanjutkan hidup setelah nanti bebas dari dalam lapas.
"Kami juga selalu mengajak warga binaan untuk bersama-sama menjaga kondusivitas daerah," kata Sulistiyadi.
Salah seorang warga binaan, Didik (42) mengungkapkan, meski Lapas Indramayu sudah melebihi kapasitasnya, namun hal itu tidak terlalu mengganggu aktivitasnya sehari-hari. "Alhamdulillah tidak ada kesulitan," kata Didik.
Didik menambahkan, sejauh ini pembinaan di lapas sudah berlangsung, terutama pembinaan soal mental keagamaan. Seperti kegiatan shalat dan mengaji.