REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Direktur GainPeace Project, Dr Sabeel Ahmed, mengungkap, umat Muslim Guyana mamandang ajaran Islam sebagai pegangan kehidupan. Itu dijalankan secara nyata. Islam menjadi solusi dari setiap permasalahan. Selain juga acuan dalam membina kerukunan dan toleransi antaragama.
Hal itu dialami langsung oleh Dr Sabeel. Seusai saya menyampaikan presentasi tentang Islam, seorang peserta non-Muslim berdiri dan berkata ingin mengikuti anjuran Rasulullah SAW dalam menjaga kesehatan, ungkapnya.
Kebetulan, saat itu, dia menguraikan aspek kesehatan tuntunan Nabi, termasuk bisa mencegah obesitas atau kegemukan. Dengan hubungan yang sangat cair semacam itu, tak heran, jarang terjadi konflik atau gesekan di tingkat komunal karena dipicu perbedaan keyakinan.
Warga non-Muslim menghormati warga Muslim, begitu pula sebaliknya. Kesalahpahaman terhadap Islam sangat sedikit, tidak seperti di negara lain, sambung dia.
Dialog antara Muslim dan non-Muslim terus diintensifkan. Akhirnya, muncul simpati. Cukup banyak kaum non-Muslim memilih beralih agama dan memeluk Islam. Mengetahui itu, pada setiap presentasi, Dr Sabeel pun berusaha mengajak umat non-Muslim bersedia menjadi Muslim.
Gayung bersambut, sejumlah orang, antara lain, penganut Hindu maupun Nasrani, usia tua dan muda, tertarik mempelajari Islam. Fenomena itu sudah berlangsung lama, tidak sedikit kaum non-Muslim memutuskan menjadi mualaf.
Mereka menemukan kebenaran dalam Islam, juga kedamaian melalui ajarannya. Puluhan bahkan ratusan orang tercatat telah menyatakan keislamannya. Hal ini tentu patut diapresiasi.