REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menargetkan satu juta agen Layanan Keuangan Tanpa Kantor dalam Rangka Keuangan Inklusif (Laku Pandai) sampai 2020. Kini baru ada sekitar 300 ribu agen Laku Pandai di seluruh Indonesia.
Menurut Ketua Dewan Komisioner OJK Muliaman D Hadad 300 ribu agen tidak cukup untuk Indonesia yang padat penduduk. Agen Laku Pandai diyakini akan meningkatkan inklusi keuangan masyarakat.
"Kebutuhan akan layanan perbankan di Indonesia masih sangat besar di daerah. Dalam beberapa tahun ke depan diharapkan bisa mencapai satu juta agen, tapi kalau bisa cepat jadi tidak perlu menunggu tiga tahun," kata Muliaman kepada wartawan, di Jakarta, Rabu, (10/5).
Muliaman menuturkan, peran perbankan sangat penting dalam meningkatkan kualitas agen Laku Pandai. Sehingga, perbankan perlu memberikan pelatihan agar para agen bisa menawarkan berbagai produk keuangan dengan benar.
OJK juga mendorong penetrasi inklusi keuangan melalui Tim Percepatan Akses Keuangan di Daerah (TPKAD). "Tim tersebut diharapkan bisa mendorong tercapainya program Strategi Nasional Keuangan Inklusif (SNKI) yang dipimpin langsung oleh Presiden Joko Widodo," tutur Muliaman.
Ia mengimbau, agar TPKAD memiliki peta atau profiling akses daerah maupun akses keuangan yang paling prioritas. Dengan begitu bisa membantu perbankan dalam menentukan program di daerah. "Kita harus terus dorong ini. Perjalanan masih panjang," ujarnya.