REPUBLIKA.CO.ID, TANGERANG -- PT Midi Utama Indonesia Tbk (Alfamidi Group) tidak akan menambah gerai Lawson dalam waktu dekat. Masalah logistik dan menjaga kualitas menjadi penyebab perusahaan hanya fokus pada gerai yang sudah ada.
Direktur Utama Keuangan Perseroan Suantopo Po mengatakan, gerai Lawson memegang konsep belanja dan kafe yang menjual makanan dan minuman cepat saji. Hal itu membuat dibutuhkannya bahan baku segar untuk memastikan kualitas dan kebersihan produk makanan cepat saji.
Apalagi keberadaan gudang yang jauh dari gerai akan mengganggu pasokan ke gerai tersebut. "Akan ada kendala dari sisi logistik," kata dia, Kamis (18/5).
Padahal, ia melanjutkan, model makanan cepat saji tersebut hanya bisa bertahan empat hingga delapan jam sebelum akhirnya harus dibuang. Pada 2016, perseroan menutup lima gerai Lawson dan membuka dua gerai baru Lawson. Itu artinya terjadi pengurangan tiga gerai Lawson.
Suantopo mengakui pengurangan tersebut sejalan dengan strategi perusahaan, yakni melakukan pengembangan Lawson hanya difokuskan di wilayah Jabodetabek dan dititikberatkan pada peningkatan kinerja gerai Lawson yang sudah ada.
Ia menegaskan, pengurangan tiga gerai tersebut tidak berpengaruh signifikan. Sebab, kontribusi pendapatan neto gerai Lawson secara keseluruhan hanya sedikit, kurang dari dua persen dari jumlah pendapatan neto perusahaan yang menaungi Lawson, Alfamidi dan Alfamidi Super tersebut.
Pendapatan perusahaan lebih banyak ditopang oleh Alfamidi dengan presentasi 96,8 persen, Lawson 1,8 persen dan Alfamidi Super 1,4 persen. Meski pembukaan gerai tidak menjadi fokus perusahaan, namun pihaknya tetap akan mempertimbangkan wilayah potensial bagi keberadaan gerai Lawson baru.
"Kita tetap melihat jika ada kesempatan dalam bisnis ini," kata dia.
Untuk diketahui, pada 2011 terdapat 10 gerai Lawson yang mengalami lonjakan tajam menjadi 84 gerai pada 2012. Namun angka tersebut kian turun yakni 62 gerai pada 2013, 49 gerai pada 2014, 38 gerai pada 2015 dan hingga 2016 hanya sebanyak 35 gerai.