REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kesabaran lekat pada diri Nabi Ayyub. Berbekal sifat ini ia mampu melewati ujian yang menerpanya. Semua harta benda miliknya habis tak bersisa. Anggota keluarganya meninggal satu per satu. Penyakit yang tak kunjung sembuh juga membekap dirinya. Namun, ia tegar dan ikhlas menghadapi itu semua.
Gua kesabaran Nabi Ayyub berada di bawah tanah yang dikelilingi bangunan seluas 5x5 meter. Untuk memasukinya, seseorang harus turun melalui tangga yang hanya cukup untuk satu orang.
Gua itu sendiri mempunyai luas 5x4 meter persegi dengan tinggi sekitar satu hingga dua meter. Karena tak begitu luas, pengungung tak bisa berlama-lama berada di dalam gua tersebut. Sebab, banyak pengunjung lain yang juga ingin masuk ke dalam gua kesabaran itu.
Sekitar 15 meter dari gua kesabaran, ada sebuah sumur sebagai sumber air yang digunakan Nabi Ayyub untuk menyembuhkan penyakitnya. Sumur yang ditutup rapat itu hanya dapat dilihat dari lubang kecil yang berada di atas sumur. Di area gua juga terdapat masjid cukup besar.
Pengunjung gua biasanya menyempatkan singgah ke masjid dan menunaikan shalat di sana. Cukup banyak wisatawan lokal maupun luar negeri yang menyambangi gua kesabaran yang pernah dihuni Nabi Ayyub itu. Mereka berpose dan mengabadikan tempat bersejarah itu dengan kamera yang mereka bawa.
Sejumlah warga sekitar memanfaatkan kunjungan para wisatawan untuk menjaring rezeki. Mereka mendirikan toko dan warung. Sementara itu, di samping gua terdapat lapangan luas yang biasa digunakan warga untuk berolahraga. Terkadang, lapangan digunakan untuk tempat penyembelihan kurban saat Idul Adha.
Dalam kehidupannya, Nabi Ayyub merupakan hamba Allah yang dikaruniai dengan harta benda berlimpah dan keluarga sakinah. Gelimang harta tak membuat dia lupa untuk menunaikan ibadah dan berzikir kepada Allah. Ia menunaikan itu semua sebagai ungkapan syukur atas segala karunia yang Allah berikan.
Melihat keteguhan iman dan rasa syukur Nabi Ayyub yang berlimpah, iblis merasa panas hati dan dongkol. Sang iblis tak rela melihat itu semua. Maka pergilah ia mendatangi Ayyub untuk menguji sebesar apa imannya kepada Allah. Sebelumnya, iblis menghadap Allah meminta izin melakukan godaan terhadap Ayyub. Allah mengizinkannya.
Lalu, iblis mengumpulkan kekuatan, mencoba merusak keimanan Ayyub agar berpaling dari Allah. Mereka menempuh cara dengan memusnahkan harta kekayaan Ayyub hingga membuatnya menjadi seorang yang miskin. Harta yang semula terkumpul di tangannya, lenyap sudah.
Cobaan lainnya menghantam Ayyub. Keluarga dan anak-anaknya meninggal dunia. Penyakit kulit juga menempel di tubuhnya. Hanya istrinya yang setia mendampinginya. Namun, dengan bisikan iblis akhirnya sang istri pun meninggalkannya. Ia berjanji akan memukul istrinya dengan 100 kali cambukan karena istrinya sudah tergoda imannya.
Akhirnya, Ayyub sendirian. Ia bermunajat kepada Allah dengan sepenuh harap rahmat dan kasih sayang-Nya. Ia berdoa, “Wahai Tuhanku, aku telah diganggu setan dengan kepayahan, kesusahan, serta siksaan. Engkaulah wahai Tuhan Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang”. (QS Shad [38]: 41).
Allah menerima doa Ayyub yang telah mencapai puncak kesabaran dan keteguhan iman. Ia diminta untuk menghantam tanah. Dari situ air memancar dan digunakan untuk membasuh penyakit yang ia derita. Tak lama kemudian, penyakit kulit yang melekat di badannya sirna.