REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Indonesia merupakan bangsa yang besar dan harus tetap bersatu jangan sampai terpecah belah. Bila terpecah negara lain akan mengambil peluang atas kegaduhan soal suku, agama, ras dan antar golongan (SARA) yang terjadi di Indonesia. Ini karena isu SARA paling mudah dipakai untuk provokasi di Indonesia.
Hal itu dikatakan Panglima TNI Jenderal TNI Gatot Nurmantyo saat memberikan pembekalan dihadapan 640 Kader Golkar se-Indonesia dalam Rapat Pimpinan Nasional (Rapimnas) Partai Golkar di Hotel Novotel Balikpapan, Kalimantan Timur, Senin (22/5).
Panglima TNI mengajak kader-kader Partai Golkar untuk terus berjuang mempertahankan persatuan dan kesatuan bangsa, yang kelak akan diwariskan ke anak cucu generasi penerus di kemudian hari.
“Saya mengajak pimpinan Partai Golkar seluruh Indonesia untuk selalu bersama bergandengan tangan berjuang menjaga persatuan dan kesatuan bangsa, mari sama-sama menghilangkan fitnah, saling menyudutkan, membuat berita-berita yang tidak benar karena semuanya itu dapat menyulut perpecahan bangsa,” harapnya.
Baca juga, Panglima TNI: Kalau tak Waspada, Kita Bisa Diusir Negara Ini.
Panglima TNI juga mengingatkan peserta Rapim Golkar bahwa Republik Indonesia bukan milik suatu golongan, bukan memiliki suatu agama, bukan milik suatu suku, tetapi milik kita semuanya dari Sabang sampai Merauke. “Oleh sebab itu, Pancasila harus diamalkan, dikonkritkan dan diimplementasikan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara agar kehidupan sehari-hari tetap berjalan sebagaimana mestinya, dengan itu kita akan mempunyai pondasi yang kokoh,” tegasnya.
Panglima TNI menjelaskan, yang paling mudah untuk menghancurkan persatuan dan kesatuan Indonesia adalah dengan cara mengadu domba. Yakni melalui sentimen agama dan kesukuan dengan metode provokasi serta hukum yang sudah tidak dihiraukan lagi. “Pancasila dan Bineka Tunggal Ika harus kita jaga karena akan masuk melalui isu SARA, oleh sebab itu kita harus tetap waspada,” jelasnya.
Pada kesempatan tersebut, Panglima TNI juga mengutip ucapan Presiden RI Joko Widodo pada saat dilantik di Gedung MPR/DPR. Presiden mengatakan Indonesia kaya dengan sumber daya alam justru dapat menjadi petaka bagi bangsa karena akan menjadi rebutan negara-negara lain.
“Inilah sebenarnya ancaman luar biasa yang kita tidak rasakan, namun pasti akan terjadi. Semua konflik berlatar belakang energi, ekonomi dan pangan yang menyebabkan kompetisi global,” ucapnya.
Gatot Nurmantyo mengingatkan, kompetisi global adalah perlombaan negara untuk membangun ekonomi. Bukan berdasarkan besar atau kuatnya suatu negara, tetapi berdasarkan cepatnya negara tersebut mempunyai inisiatif merebut sumber-sumber ekonomi.
Negara yang kalah dalam kompetisi pasti mengalami krisis ekonomi yang berujung pada krisis sosial. “Hal ini membuat kompetisi antar negara sangat kuat,” ujarnya.