Kamis 25 May 2017 07:34 WIB

Militan Pendukung ISIS Serbu Marawi Filipina, 21 Orang Tewas

Rep: Fira Nursya'bani/ Red: Teguh Firmansyah
Teroris (ilustrasi)
Teroris (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, MARAWI -- Sebanyak 21 orang tewas ketika lebih dari 100 militan pro-ISIS Maute menyerbu Kota Marawi di Pulau Mindanao, Filipina, Rabu (24/5). Serangan itu menyebabkan terjadinya pertempuran antara militan dan polisi selama berjam-jam.

Salah satu korban tewas adalah Kepala Polisi Marawi yang dilaporkan dipenggal oleh salah satu militan. "Kepala polisi sedang berada di Malabang dalam perjalanan pulang. Dia dihentikan di sebuah pos pemeriksaan yang diawaki oleh teroris dan mereka memenggal kepalanya saat itu juga," kata Presiden Filipina Rodrigo Duterte, dikutip Daily Mail.

Teroris juga menyerang Gereja Katedral Our Lady Help dan menculik staf gereja termasuk Pastor Chito Suganob. "Mereka mengancam akan membunuh para sandera," kata Uskup Agung Filipina, Socrates Villegas, dalam sebuah pernyataan.

"Pada saat penangkapannya, Pastor Chito sedang menjalankan tugasnya sebagai imam. Dia bukan pejuang. Dia tidak membawa senjata. Dia bukan ancaman bagi siapa pun. Penangkapan dia dan rekan-rekannya melanggar norma konflik beradab," kata Uskup Agung Villegas.

Juru bicara Militer Nasional Filipina Kolonel Edgard Arevalo mengatakan, 13 tentara pemerintah dinyatakan tewas bersama dengan 13 militan. Presiden Duterte mengumumkan status darurat militer di beberapa wilayah di Mindanao setelah serangan itu.

Ia mengatakan dapat memperpanjang status tersebut ke wilayah lain jika para ekstremis mencari perlindungan di tempat lain. "Kami dalam keadaan darurat," katanya kepada wartawan di Manila setelah melakukan kunjungan kenegaraan ke Moskow.

Baca juga, WNI Terduga ISIS, Bahrumsyah Tewas di Suriah.

Wali Kota Marawi, Majul Usman Gandamra, menolak mengkonfirmasi laporan bahwa kelompok teror tersebut telah mengambil sandera. Ia bersikukuh bahwa pemerintah daerah telah berhasil mengendalikan situasi.

Pertempuran di Marawi meletus setelah pasukan keamanan Filipina menyerbu sebuah rumah milik Isnilon Hapilon. Hapilon merupakan pemimpin kelompok teroris Abu Sayyaf dan pemimpin ISIS Filipina.

Amerika Serikat (AS) menganggap Hapilon sebagai salah satu teroris paling berbahaya di dunia. Negara itu bahkan menawarkan hadiah sebesar 6 juta dolar AS untuk siapapun yang dapat menangkapnya.

Analis keamanan mengatakan, Hapilon telah mencoba untuk menyatukan kelompok militan Filipina yang telah menganut kesetiaan kepada ISIS. Salah satu dari kelompok itu adalah ISIS Maute yang berbasis di dekat Marawi.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement