Jumat 26 May 2017 00:50 WIB

Polisi Korban Bom Kampung Melayu Dimakamkan di Lampung

 Anggota Kepolisian membawa peti jenazah Briptu Anumerta Imam Gilang Adinata, seorang polisi yang tewas karena ledakan bom bunuh diri di Kampung Melayu saat upacara pelepasan jenazah di Menteng Dalam, Tebet, Jakarta Selatan, Kamis (25/5).
Foto: Republika/Raisan Al Farisi
Anggota Kepolisian membawa peti jenazah Briptu Anumerta Imam Gilang Adinata, seorang polisi yang tewas karena ledakan bom bunuh diri di Kampung Melayu saat upacara pelepasan jenazah di Menteng Dalam, Tebet, Jakarta Selatan, Kamis (25/5).

REPUBLIKA.CO.ID, LAMPUNG -- Bripda Ridho Setiawan, satu di antara tiga polisi yang gugur karena teror bom di Terminal Kampung Melayu, Jakarta Timur, Rabu (24/5) malam, dimakamkan di kampung halamannya di Lampung.

Pemakaman jenazah Bripda Ridho dilakukan secara militer di pekuburan keluarga tak jauh dari kediamannya di Negeri Katon, Kecamatan Selagai Lingga, Kabupaten Lampung Tengah, Provinsi Lampung, Kamis (25/5).

Upacara penghormatan dipimpin oleh Wakapolda Lampung Brigjen Bonifasius Tampoi. Pemakaman juga dihadiri Direktur Sabhara Polda Metro Jaya Kombes Slamet Hadi. Ridho dinaikkan pangkatnya menjadi briptu anumerta.

Bupati Lampung Tengah Mustafa saat melakukan takziah di kediaman orang tua almarhum Bripda Ridho, Kamis malam, berharap polisi segera mengungkap kasus tersebut sehingga tidak terulang kejadian yang sama pada masa mendatang.

"Kita semua turut berduka cita. Ini adalah kesedihan kita semua. Semoga keluarga yang ditinggalkan diberi kesabaran. Menjelang bulan suci Ramadhan, dinodai aksi bom bunuh diri. Mudah-mudahan ini segera terungkap dan jaringan yang dianggap sebagai pelaku dapat ditangkap," katanya.

Mustafa tiba di rumah duka sekitar pukul 19.00 WIB. Pada kesempatan itu, dia juga memberikan santunan kepada pihak keluarga. Sebagai salah satu putra terbaik Lampung Tengah, pihaknya juga akan memberikan penghargaan kepada Bripda Ridho.

"Bripda Ridho adalah salah satu putra terbaik Lampung Tengah. Kami akan memberikan penghargaan untuk mengenang jasanya," ujar Mustafa.

Menanggapi kasus bom bunuh diri, Mustafa mengajak masyarakat khususnya di Lampung Tengah, untuk berkepala dingin dengan tidak memberikan komentar-komentar provokatif yang akhirnya justru memecah belah persatuan dan kesatuan.

"Saya harap kejadian ini tidak dipanas-panasi dengan komentar-komentar yang berbau SARA. Saya yakin tidak ada satu pun agama yang menghendaki kekerasan. Semua agama cinta damai. Jadi jangan sampai kejadian ini memecah belah kita," katanya.

Jenazah Bripda Ridho tiba di rumah duka sekitar pukul 17.45 WIB. Kedatangan jenazah disambut isak tangis keluarga korban. Ratusan warga atau tetangga juga berkumpul menyambut kedatangan jenazah korban. Fatimah, bibi korban, mengaku terkejut menerima informasi meninggal anak dari pasangan Gunawan dan Khofifah itu.

Pasalnya, tidak ada firasat sedikit pun bahwa keponakannya itu meninggal dalam tragedi bom bunuh diri di Kampung Melayu. "Kami mendapatkan kabar bahwa almarhum sudah tidak ada pukul 03.00 WIB dini hari. Kami terkejut karena sebelumnya kami tidak merasakan firasat apa-apa," ujarnya.

Di mata keluarga, Bripda Ridho Setiawan merupakan sosok yang baik dan ramah kepada semua orang. Bungsu dari tiga bersaudara itu, juga dikenal tidak banyak bertingkah dan sering menjadi panutan dalam keluarga.

sumber : Antara
BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement