Senin 29 May 2017 06:09 WIB

Budi Luhur Muslim Conference Angkat Tema Peran Pemuda Jaga Kebinekaan

Ajang Budi Luhur Muslim Conference
Foto: ubl
Ajang Budi Luhur Muslim Conference

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Lembaga Dakwah Kampus (LDK) Al-Azzam Universitas Budi Luhur kembali menggelar Budi Luhur Muslim Conference (BLMC) 2017 yang merupakan agenda besar tahunan dengan mengangkat tema "Peran Pemuda Islam dalam Menjaga Kebhinekaan".

Acara Budi Luhur Muslim Conference yang berlangsung pada tanggal 22 Mei 2017 lalu, mengundang Alwi Alatas, M. H. Sc (Sejarawan Muslim), Akmal Sjafril M.Pd.I (Aktivis Indonesia Tanpa JIL), dan Dr. H. Arya Sandhiyudha, S.Sos. M.Sc (Direktur Eksekutif MaCDIS).

Acara dihadiri oleh 89 orang peserta umum yang terdiri dari mahasiswa Universitas Budi Luhur beserta mahasiswa eksternal kampus, dan  undangan yang berasal dari UKM/ORMAWA Universitas Budi Luhur, SMA/SMK, dan FSLDK Jadebek.  

Dikutip dari keterangan tertulis yang diterima Republika.co.id, pemilihan tema ini karena selama ini isu SARA sudah banyak beredar dan menjadi alasan utama bermulanya sat perpecahan. Padahal pada hakikatnya, SARA adalah kemajemukan yang menjadi kekuatan utama bangsa ini.

Dalam acara tersebut menghasilkan beberapa kesepakatan. Diantaranya, Indonesia adalah negara yang majemuk dengan mayoritas penduduknya beragama Islam. Oleh karena itu sudah semestinya Islam menjadi pemersatu bangsa sebagaimana yang telah dilakukan oleh tokoh-tokoh terdahulu yang berusaha membangun kemerdekaan negara ini.

Kemudian Islam adalah agama yang cinta damai, berbagai aksi damai yang dilakukan sebelumnya didasarkan pada kecintaan terhadap Allah dan kecintaan terhadap negara ini.

Aksi Bela Islam dan Alquran juga bertujuan untuk menjaga keutuhan NKRI, jangan sampai dengan adanya aksi ini malah memecah belah persatuan dan kesatuan antar suku, agama, ras dan adat yang didasarkan pada prinsip saling toleransi satu sama lain, akan tetapi yang dimaksudkan disini adalah toleransi yang memiliki batasan antar komponennya.

Serta yang terakhir, sebagai seorang aktivis keagamaan, tidak boleh hanya berfokus pada ilmu agama saja, namun juga harus memiliki wawasan pengetahuan yang luas terhadap cakrawala dunia.

Melebarkan pemikiran dengan tetap berpegang teguh pada Al-Qur’an dan As-Sunnah merupakan cara agar dakwah tetap bisa dilakukan dimanapun dan kapanpun. Dan semboyan bhineka tunggal ika harus tetap dipertahankan untuk bisa mensyiarkan agama Islam dengan tetap menjaga persatuan dan kesatuan bangsa.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement