REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sejak awal mula hidup di sini, orangorang dari Melayu memang su dah hidup terpisah dari orang-orang kulit putih yang lebih dulu menghuni Cocos. Mereka setia menjalankan tradisi dari dae rah asal. Secara swadaya, mereka men dirikan masjid, menunjuk pemimpin, dan menggelar perayaan-perayaan adat. Hingga saat ini pun perayaan-perayaan ala Melayu masih rutin diselenggarakan.
Sebut saja, misalnya, pem berkatan rumah, perayaan selamat da tang, perpisahan, pemberkatan kapal, dan berdoa untuk sanak saudara yang meninggal. Perayaan terbesar bagi masyarakat Muslim Kepulauan Cocos adalah perayaan Idul Fitri. Pada pera yaan yang digelar seusai melaksana kan ibadah puasa sebulan penuh di bulan Ramadhan ini dihidangkan ber bagai makanan, tarian, juga musik.
Yang menjadi landasan kehidupan masyarakat Melayu Cocos adalah ke patuhan dan ketaatan pada Islam. Saat ini, sekitar 80 persen warga Kepulauan Cocos adalah Muslim Sunni. Mayoritas Muslim ini menetap di salah satu pulau dalam gugus Kepulauan Cocos, yaitu Pulau Salma.
Pola hidup masyarakat Muslim Cocos sangat bernuansa pedesaan. Mereka hidup secara berkelompok dalam sebuah wilayah yang mereka sebut kampung. Saat ini sebagian besar dari mereka adalah petani yang menanam kelapa, pepaya, sayuran dan pisang. Selain berpegang teguh pada ajaran Islam, keturunan Melayu ini dikenal pula dengan sikap mereka yang ramah dan santun.
Disarikan dari Pusat Data Republika