REPUBLIKA.CO.ID, RIYADH -- Arab Saudi beserta Bahrain, Mesir dan Uni Emirat Arab resmi memutuskan hubungan diplomatik dengan Qatar karena negara tersebut dinilai mendukung terorisme. Langkah Saudi tersebut lantas disusul tiga negara Arab lain, yakni Maladewa, Libya dan Yaman.
Lantas apa sebenarnya yang diinginkan Saudi dari pemutusan hubungan itu?
Menteri Luar Negeri Arab Saudi Adel Al-Jubeir mendesak Qatar memutuskan hubungan dengan Hamas di Palestina, dan Ikhwanul Muslimin di Mesir jika ingin isolasi berakhir.
"Tidak ada yang ingin menyakiti Qatar. Qatar harus memilih apakah ingin melanjutkan ke arah ini atau arah lain," katanya, dikutip dari BBC, Rabu (7/6).
Baca: Boikot Qatar Gara-Gara Berita Palsu?
Berbicara di Paris, Jubeir mengatakan blokade ekonomi harusnya bisa menekan Qatar sehingga bisa bersikap layaknya 'negara normal'. Dia menyebut Qatar harus mengubah sikapnya yang mendukung kelompok ekstremis, media yang bermusuhan dan berhenti mencampuri urusan negara lain.
Dia menggarisbawahi Qatar merongrong Palestina dan Mesir dengan mendukung Hamas dan Ikhwanul Muslimin. Menghentikan kebijakan ini akan berkontribusi pada stabilitas in Timur Tengah.
Hamas adalah kelompok militan terbesar di Palestina, dan kelompok Islam pertama di dunia Arab yang memenangkan pemilu, sebelum menguasai Gaza setelah perang selama 10 tahun. Ikhwanul Muslimin di Mesir adalah kelompok Islam lain yang kemudian menjadi aktif secara politik. Sejumlah negara menganggap kedua kelompok tersebut kelompok teroris.
Baca: Trump Minta Raja Salman Serukan Persatuan di Teluk