REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Selain Partai Gerindra, PKS Jabar juga akan membuka pintunya kembali bagi Ridwan Kamil untuk menjalin komunikasi politik. Asalkan, Ridwan Kamil bersedia juga untuk melakukan komunikasi politik dengan PKS dan memperbaiki hubungan yang sempat renggang.
Menurut Ketua Departemen Pembinaan Balegda DPP PKS sekaligus Tim Pemenangan Pilkada Wilayah DPW PKS Jawa Barat, Haris Yuliana, Ridwan Kamil (Emil) dulu terlalu dekat dengan PKS. Tapi ternyata, tiba-tiba tak ada kabar.
"Kami tidak meminta Emil insyaf, tapi taubat saja. Soalnya dulu tiba-tiba tidak ada kabar atau apa. Kalau taubat kan barang kali kami bisa terima juga. Taubatan nasuha tapinya," ujar Haris Yuliana usai menjadi pembicara dalam diskusi publik mengenai Pilgub Jabar di Hotel Horison, belum lama ini.
Menurut Haris, sebelumnya Emil memiliki komunikasi yang erat dengan PKS. Namun kemudian, Emil malah menerima usungan Partai NasDem menjadi bakal calon gubernur Jawa Barat, tanpa berkomunikasi dulu dengan PKS atau Gerindra yang mengusungnya dalam Pemilihan Walikota Bandung.
Terkait hasil survei Indo Barometer, menurut Haris, sejumlah survei terkait dengan Pemilihan Gubernur Jawa Barat yang bermunculan sejak beberapa bulan terakhir ini dapat berubah-ubah seiring berjalannya waktu. Apalagi, Pilgub Jabar baru akan digelar tahun depan.
"Itu bisa jadi keterukuran awal berdasarkan hasil survei. Biarkan saja," katanya.
Namun, kata dia, popularitas dan elektabilitas tidak pernah jadi jamian menang. Terakhir, seperti komposisi di Jakarta yang sangat kentara. "Bisa terlihat sebesar apa dinamika politik dari fase ke fase," kata Haris.
Dikatakan Haris, bisa saja sekarang nama Ridwan Kamil, Deddy Mizwar, dan Dedi Mulyadi, berada pada urutan teratas nama calon gubernur Jabar. Namun, survei tersebut tidak menjadi jaminan perolehan suara pada Pilgub Jabar nantinya.
"Akan ada banyak proses dan faktor yang akan memengaruhi," katanya.
Saat ini, kata dia, PKS pun belum memiliki kesepakatan apa pun dengan partai lain, baru kesepahaman tapi belum hitam di atas putih. "Nama Ahmad Syaukhi dan Netty yang diusung dalam Pemira juga masih belum ditentukan yang mana yang akan keluar," katanya.
Sementara menurut Tokoh Jabar, Tjetje Hidayat Padmadinta, sekarang masyarakat banyak yang kurang percaya masyarakat ke lembaga survei. Termasuku, survei Indo barometer bagi dirinya aneh karena terlalu mengangungkan calon tertentu.
"Karena dalam politik bukan hanya sesuatu yang ilmiah tapi harus ada insting dan naluri. Kecuali ada survei yang dilakukan oleh para ahli tanpa ada rekayasa pecitraan," katanya.
Tjetje pun mempredikai pengaruh Pilgub DKI Jakarta ke Jabar ada pengaruh tapi tak terlalu kecil dan tak terlalu besar. Jadi, biasa aja. "Pilgub Jabar ini saya prediksi akan ada 3 atau 4 pasang calon," katanya.