Sabtu 10 Jun 2017 21:27 WIB

Nikmat Persaudaraan

Rep: Rahmat Fajar/ Red: Agung Sasongko
Umat Islam
Umat Islam

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kondisi persaudaraan antarumat Islam di Indonesia sedang menghadapi ujian. Banyak di antaranya sedang terpolarisasi setelah adanya kasus penistaan agama dan Pilkada DKI Jakarta. Kondisi ini meluas tidak hanya di Jakarta, tetapi menjadi isu nasional.

Saling caci antarumat Islam karena perbedaan pandangan tengah marak terjadi terutama di media sosial. Hubungan yang kurang harmonis tersebut juga berdampak terhadap kehidupan berbangsa dan bernegara.

Ustaz Umar Mita dalam kajian Ramadhan, di Yayasan Al-Azhar, Kebayoran Baru, Jakarta, Ahad (4/6), mengajak umat Islam menyudahi perselisihan. Terlebih saat ini tengah memasuki bulan suci Ramadhan. "Kita ingin menjalankan Ramadhan, kehidupan tidak punya rasa dengki kepada sesama orang beriman," ujar ustaz Umar.

Menurut dia, ibadah Ramadhan bukan hanya menahan lapar dan haus. Menahan kebencian kepada orang beriman pun adalah ibadah yang harus dilakukan bagi setiap Muslim.  Ustaz Umar mengatakan, persaudaraan merupakan kenikmatan yang diberikan oleh Allah SWT. Selain itu, Allah memberikan kenikmatan kepada umatnya dengan diturunkannya Alquran sebagai petunjuk. Ditambah dengan kenikmatan sunah yang menjelaskan apa yang disampaikan di dalam Alquran. 

Rasulullah SAW, kata Ustaz Umar, selalu mempunyai semangat mempersaudarakan umatnya. Sebagai contoh, saat nabi mempersaudarakan sahabat Umar bin Khattab dan Abu Bakar. Padahal, kedua sahabat tersebut mempunyai karakter yang berbeda. "Walaupun beda, nabi mempersaudarakan para sahabat walau tidak bertemu nasab. Syetan itu tidak senang kalau kita tidak bersaudara," kata ustaz Umar.

Dia berharap umat Islam banyak mengambil pelajaran dari berbagai mejelis taklim yang diikuti dengan mempererat tali persaudaraan. Dia berharap agar ajaran tentang persaudaran diwujudkan dalam kehidupan sehari-hari. Karena itu, menurut Ustaz Umar, umat Islam penting mengetahui penyebab kegagalan terbangunnya ukhuwah Islamiyah di tengah masyarakat.

Ustaz Umar mengatakan, ulama menyebutkan sangat banyak faktor penyebab gagalnya terwujudnya ukhuwah Islamiyah. Di antaranya karena seseorang mengultuskan seseorang yang diambil ilmunya.

Itu artinya mereka telah memaksumkan orang diambil ilmunya. "Padahal, hanya Rasulullah yang memiliki kemaksuman. Dia sudah wafat," ujar ustaz Umar menurutkan.

Menurut Ustaz Umar, ketika memaksumkan seseorang, akan mudah membenci orang yang berbeda dengan dirinya. Sebab, kegagalan terbangunnya ukhuwah Islamiyah yaitu tidak memahami penyebab dari adanya perbedaan. Itu menandakan mereka tidak mengetahui penyebab perbedaan pendapat para ulama. Menurut ustaz Umar, perbedaan interpretasi terhadap dalil tertentu yang melahirkan perbedaan pendapat. Selain itu, perbedaan pendapat ulama disebabkan standar dalam penetapan hadis yang juga berbeda. "Kalau kita gak paham, akan melakukan yang melampui batas," kata Ustaz Umar menegaskan.

Persoalan adab atau akhlak pun dapat menjadi penyebab tidak terwujudnya ukhuwah Islamiyah. Menurut ustaz Umar, akhlak juga fondasi utama untuk mencapai tujuan tersebut. Akhlak yang buruk dinilai dapat merusak amal ibadah. Ditambah dengan seseorang yang menganut 'taqlid buta'.

Artinya, mereka tidak ingin mendengarkan penjelasan orang lain selain dari kelompoknya itu sendiri. Termasuk banyak yang tidak mengerti tentang musuh Allah SWT. "Kita tidak mengerti banyak musuh Allah yang berusaha merusak agama Islam. Sedangkan, kita bermusuh-musuhan," kata ustaz Umar mengungkapkan.

Umar (25 tahun) salah satu jamaah kajian mengakui hubungan antarumat Islam kurang kondusif. Hal tersebut dirasakan Umar di media sosial. Di media sosial mereka saling mencela karena perbedaan pendapat. "Hampir setiap detik di medsos saling caci, padahal sesama Muslim," kata Umar. Dia berharap, Ramadhan menjadi momen tepat untuk kembali mempererat tali persaudaraan. Dengan begitu, umat Islam dalam bisa menjalankan ibadah ramadhan lebih khusyuk. Umar juga berharap umat Islam di Indonesia berhenti saling mencaci.

Jamaah lainnya, Ali (26) juga merasakan ketidakharmonisan hubungan antarumat Islam. Ali mengharapkan, semua pihak menyudahi saling mencaci terlebih saat ini memasuki bulan Ramadhan.

"Ikut kajian seperti ini bisa menambah ilmu apa yang harus saya lakukan di bulan Ramadhan," ujarnya. Ali yang sehari-harinya membuka warung makan mengharapkan dengan mengikuti kajian bisa menjaga hubungan dengan baik dengan siapa pun. 

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement