REPUBLIKA.CO.ID, PONTIANAK -- LSM Sahabat Masyarakat Pantai (Sampan) Kalimantan, mengklaim menemukan jenis mangrove langka, yakni spesies Tumuk Putih atau Bruguiera Hainesii di kawasan hutan mangrove betang pesisir Padang Tikar dan Dabung, Kabupaten Kubu Raya.
"Penemuan mangrove jenis Tumuk Putih itu merupakan penemuan pertama di kawasan hutan mangrove di seluruh wilayah Indonesia," kata Deputi Direktur LSM Sampan Kalimantan, Denni Nurdwiansyah di Pontianak, Kamis (15/6).
Ia menjelaskan, penemuan itu merupakan yang pertama kali di Indonesia. Tadinya, mangrove jenis ini hanya terdapat di tiga negara, yakni di Malaysia, Singapura dan Papua Nugini.
Ia menambahkan, bila merujuk pada www.iucnredlist.org, Tumuk Putih ini masuk dalam kategori terancam punah atau Critically Endangered (CN). Adapun jumlah populasi di tiga negara yang terdapat tanaman mangrove langka tersebut, tidak lebih hanya ada 203 pohon di dunia.
"Bruguiera Hainesii ini terdapat sebanyak 120 pohon di Papua Nugini, 80 pohon ada di Malaysia dan tiga pohon ada di Singapura," ungkapnya.
Menurutnya, beberapa spesies tanaman mangrove yang terancam punah spesiesnya itu lebih mengkhawatirkan dari jenis flora mangrove yang populer yakni Kandelia (Kandelia candel) dengan status Least Concern (LC), dan jenis fauna khas mangrove Bekantan (Nasalis larvatus) dengan status Endangered (EN).
Sementara itu dalam kesempatan yang sama Mangrove Specialist dari Sampan Kalimantan, Bekti Saputro menambahkan, penemuan spesies ini menjadi indikator bahwa ekosistem mangrove bentang pesisir Padang Tikar itu, masih dan tumbuh berkembang dengan baik. "Ini dapat kami buktikan dengan keberadaan tutupan hutan mangrove di zona-zona pantai bentang pesisir Padang Tikar dan kondisinya masih terjaga dengan baik," katanya.
Ia menambahkan, dengan ditemukannya tanaman Tumuk Putih, ada tiga spesies mangrove yang masuk dalam kategori mengkhawatirkan.
"Ketiganya yaitu Gedabu (Sonneratia ovata) dengan status Near Threatened (NT), Dungun (Heritieria globosa) yang masuk dalam status Endengered (EN) dan terumtum (Aegiceras floridum) dengan status Near Threatened (NT)," ungkapnya.
Adapun data yang sudah di kumpulkan Sampan dalam penelitian tersebut menunjukkan bahwa kondisi hutan mangrove yang ada di bentang pesisir Padang Tikar merepresentasikan 47 persen dari total 150 jenis mangrove di Pulau Kalimantan atau 33 persen dari total 202 jenis mangrove yang terdata di Indonesia.
"Khusus mangrove sejati, bentang pesisir Padang Tikar merepresentasikan 82,5 persen dari total 40 jenis mangrove sejati yang ada di Indonesia," ujarnya
Ia menambahkan, penemuan tanaman langka itu membuktikan bahwa di bentang pesisir Padang Tikar di Kabupaten Kubu Raya, dapat dikatakan merupakan salah satu ekosistem mangrove yang terlengkap dan terkaya di Asia Tenggara dengan total luas 59.847 hektare.
LSM Sampan Kalimantan mengakui keberhasilan penemuan tanaman langka tersebut merupakan andil bersama pemerintah Desa Tanjung Harapan, dan Lembaga Pengelolaan Hutan Desa (LPHD) di Teluk Pari Tanjung Terong, Desa Tanjung Harapan, Kecamatan Batu Ampar, Kabupaten Kubu Raya, Mei 2017.
"Penemuan ini tentunya harus menjadi perhatian semua pihak dalam mendukung upaya perlindungan dan pengelolaan mangrove oleh pemerintah dan masyarakat secara serius dan konkret," katanya.