Jumat 16 Jun 2017 09:02 WIB

SBY: Jangan Sampai Pilkada Jadi Perang Politik

Rep: WILDA FIZRIYANI/ Red: Esthi Maharani
Pekerja mengikuti simulasi pemungutan dan penghitungan suara TPS dalam pemilihan kepada daerah (Pilkada) serentak, di Gedung Komisi Pemilihan Umum, Jakarta, Selasa (7/4).
Foto: Republika/Agung Supriyanto
Pekerja mengikuti simulasi pemungutan dan penghitungan suara TPS dalam pemilihan kepada daerah (Pilkada) serentak, di Gedung Komisi Pemilihan Umum, Jakarta, Selasa (7/4).

REPUBLIKA.CO.ID, MALANG -- Presiden Keenam Indonesia, Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) menilai panasnya Pilkada Jakarta telah mempu menghancurkan sendi persaudaraaan dan kerukunan antar-masyarakat.

"Untuk itu, kita harap jangan sampai ada lagi Pilkada yang dijadikan sebagai ajang perang politik, permusuhan antar umat, etnis, agama dan sebagainya," kata Ketua Umum Partai Demokrat ini saat Safari Ramadhan di Kota Malang, Jawa Timur, Kamis (15/6).

Melihat situasi Pilkada Jakarta membuatnya membandingkan bagaimana kondisi pemilihan di masa lalu. Dia menyatakan, pemilihan kepala daerah dengan calon yang berbeda agama sebenarnya bukan sesuatu yang baru. Telah banyak daerah memiliki calon pemimpin dengan agama yang berbeda satu sama lain, tapi Pilkada tetap berjalan tertib dan damai.

"Lalu kenapa Pilkada Jakarta bisa seperti ini (situasi panas)?" tegas dia.

Dengan adanya kejadian itu, SBY berharap semua elemen masyarakat saling berintrospeksi diri. Tidak hanya kandidat calon pemimpin darerah, tapi juga masyarakat dan pemerintah. Bahkan, introspeksi diri juga perlu dilakukan para penegak hukum, pers dan sebagainya.

"Indonesia akan sedih apabila demokrasi kita akan mundur," tambah dia.

sumber : Center
Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
يَسْتَفْتُوْنَكَۗ قُلِ اللّٰهُ يُفْتِيْكُمْ فِى الْكَلٰلَةِ ۗاِنِ امْرُؤٌا هَلَكَ لَيْسَ لَهٗ وَلَدٌ وَّلَهٗٓ اُخْتٌ فَلَهَا نِصْفُ مَا تَرَكَۚ وَهُوَ يَرِثُهَآ اِنْ لَّمْ يَكُنْ لَّهَا وَلَدٌ ۚ فَاِنْ كَانَتَا اثْنَتَيْنِ فَلَهُمَا الثُّلُثٰنِ مِمَّا تَرَكَ ۗوَاِنْ كَانُوْٓا اِخْوَةً رِّجَالًا وَّنِسَاۤءً فَلِلذَّكَرِ مِثْلُ حَظِّ الْاُنْثَيَيْنِۗ يُبَيِّنُ اللّٰهُ لَكُمْ اَنْ تَضِلُّوْا ۗ وَاللّٰهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيْمٌ ࣖ
Mereka meminta fatwa kepadamu (tentang kalalah). Katakanlah, “Allah memberi fatwa kepadamu tentang kalalah (yaitu), jika seseorang mati dan dia tidak mempunyai anak tetapi mempunyai saudara perempuan, maka bagiannya (saudara perempuannya itu) seperdua dari harta yang ditinggalkannya, dan saudaranya yang laki-laki mewarisi (seluruh harta saudara perempuan), jika dia tidak mempunyai anak. Tetapi jika saudara perempuan itu dua orang, maka bagi keduanya dua pertiga dari harta yang ditinggalkan. Dan jika mereka (ahli waris itu terdiri dari) saudara-saudara laki-laki dan perempuan, maka bagian seorang saudara laki-laki sama dengan bagian dua saudara perempuan. Allah menerangkan (hukum ini) kepadamu, agar kamu tidak sesat. Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.”

(QS. An-Nisa' ayat 176)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement