Kamis 22 Jun 2017 22:02 WIB

Menhan: Pertukaran Intelejen Penting Berantas ISIS

Menteri Pertahanan RI Ryamizard Ryacudu berpidato di 16th International Institute for Strategic Studies Shangri-la Dialogue (IISS) pada Konferensi Keamanan Asia, 4 Juni 2017, di Singapura.
Foto: AP/Joseph Nair
Menteri Pertahanan RI Ryamizard Ryacudu berpidato di 16th International Institute for Strategic Studies Shangri-la Dialogue (IISS) pada Konferensi Keamanan Asia, 4 Juni 2017, di Singapura.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Pertahanan Ryamizard Ryacudu mengatakan pertukaran informasi intelejen merupakan teknis kerja sama yang paling penting dalam upaya pemberantasan kegiatan Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) di Filipina.

"Kalau kita jalan, tidak ada intelijen, percuma saja," kata Ryamizard ketika ditemui di komplek Istana Kepresidenan, Jakarta, Kamis (22/6).

Selain itu, menurut dia, penguatan patroli bersama baik di wilayah laut, udara dan darat juga menjadi esensial dilakukan oleh tiga negara; Indonesia, Filipina, dan Malaysia.

Ryamizard mengatakan, kerja sama trilateral perlu dilakukan karena ISIS sebagai musuh bersama yang hadir di kawasan Filipina bagian selatan. "Dengan kebersamaan itu, pasti keberhasilan lebih besar. Kami setiap hari dengan Menhan Filipina dan Malaysia itu minimal dua hari telepon-teleponan," kata Ryamizard.

Menhan menjelaskan kendati Indonesia siap memberikan bantuan dukungan militer, namun hal itu membutuhkan keputusan kongres Filipina dengan bermacam pertimbangan. "Kami tidak bisa masuk kalau tidak diizinkan, walaupun Presidennya (Rodrigo Roa Duterte) boleh. Tapi kita siap saja," ujar Ryamizard.

Pada Senin (19/6) di Tarakan, Kalimantan Utara, tiga panglima angkatan bersenjata dari tiga negara yakni Panglima TNI Jenderal TNI Gatot Nurmantyo, Panglima Angkatan Tentera Malaysia Jenderal Tan Sri Dato' Sri Raja Mohamed Affandi bin Raja Mohamed Noor dan Chief of Staff, Armed Forces of the Philippines General Eduardo M Ano AFP menandatangani prasasti peresmian Maritime Command Center (MCC).

MCC itu diharapkan membantu semua pihak untuk menerapkan sejumlah langkah strategis preventif, di antaranya, melaksanakan patroli terkoordinasi ketiga negara, memberikan bantuan segera untuk menyelamatkan manusia dan kapal dalam kondisi darurat, mendirikan focal point nasional antara tiga negara guna menfasilitasi sharing informasi dan intelijen, serta membentuk jaringan kmunikasi untuk memudahkan koordinasi dalam situasi darurat.

MCC Indonesia berada di Tarakan, MCC Malaysia berada di Tawau dan MCC Filipina berada di Bongao. Pusat Komando Maritim itu akan menjadi pos wilayah keamanan dalam memantau kapal-kapal yang beroperasi dan berpatroli di laut kawasan itu.

sumber : Antara
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement