Sabtu 24 Jun 2017 03:29 WIB

Karyawan 7-Eleven Gigit Jari Sambut Lebaran

Rep: Sapto Andika / Red: Reiny Dwinanda
Gerai Sevel di Plaza Festival, Kuningan, Jakarta Selatan sudah tak lagi melayani pelanggan.
Foto: Republika/Sapto Andika
Gerai Sevel di Plaza Festival, Kuningan, Jakarta Selatan sudah tak lagi melayani pelanggan.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Karyawan sejumlah gerai 7-Eleven di Jakarta menyambut lebaran sambil gigit jari. Tempatnya bekerja per 30 Juni mendatang berhenti melayani pelanggan. 

Pantauan Republika.co.id, Jumat (23/6) merupakan hari terakhir bagi sejumlah gerai 7-Eleven melayani konsumen. Hanya sebagian kecil gerai 7-Eleven yang masih beroperasi di Jakarta, termasuk gerai di Tugu Tani, Tambak, Salemba, dan Matraman. 

Sebagian gerai lainnya, seperti di Plaza Festival-Kuningan, Menteng, Gambir, dan Cikini sudah berhenti beroperasi lebih awal. Salah seorang petugas kebersihan di Plaza Festival, Tatang (27 tahun), mengaku gerai 7-Eleven di tempatnya ia bekerja sudah tutup sejak Senin (19/6) lalu. "Mungkin sekalian ngejar libur lebaran makanya tutup lebih awal," ujar dia.

Republika.co.id sempat berbincang dengan salah satu karyawan 7-Eleven yang terpaksa berhenti bekerja per akhir pekan ini. Lebaran nanti harus ia lewati dengan beban pikiran untuk segera mencari pekerjaan lain bulan depan. Karya (35) sudah dua tahun lebih bekerja sebagai karyawan di 7-Eleven. 

Ibarat jatuh lantas tertimpa tangga, Karya yang kehilangan pekerjaan hanya menerima Tunjangan Hari Raya (THR) separuh dari seharusnya. Manajemen 7-Eleven menjanjikan untuk membayarkan separuh lagi kekurangan THR setelah lebaran. Itu pun, karyawan masih belum mendapat kejelasan soal pesangon. Ia mengaku belum ada komunikasi yang jelas antara manajemen perusahaan dan karyawan terkait pembayaran pesangon. 

"THR sih dapat, tapi dicicil 50 persen. Sisanya habis lebaran. Pesangonnya masih belum jelas. Belum tahu," katanya. 

Karya mengatakan keputusan perusahaan untuk menutup seluruh gerainya tergolong mendadak. Karyawan sempat dibuat panik lantaran mereka harus memutar otak mencari pekerjaan lanjutan untuk menutup keperluan sehari-hari. Ia meminta agar ada komunikasi yang jelas antara manajemen perusahaan dan karyawan agar nasib karyawan, terutama pesangon, tidak berujung mengecawakan. 

"Mendadak sih. Pada kaget juga kalau pada tutup semua. Pada enggak menyangka," ujar dia. 

Baca juga: 7-Eleven Gulung Tikar

Kekecawaan ternyata tak hanya dirasakan karyawan resmi gerai 7-Eleven. Petugas parkir yang biasanya menghimpun dana dari kendaraan yang terparkir hingga berjam-jam di 7-Eleven pun ikut terpukul oleh penutupan gerai waralaba ini per akhir Juni 2017 ini. Akbar (45), memerhatikan jumlah pengunjung 7-Eleven sudah mulai menurun drastis sejak dua bulan belakangan. 

Bila dulu gerai-gerai 7-Eleven bisa ramai hingga pagi hari, belakangan ini mulai sepi. Bahkan sejumlah gerai terpaksa tutup sebelum tengah malam. 

"Makanya bingung. Lagi cari-cari kerjaan juga. Makanya, kita bukan banyak ngeluh. Saya mikirin, anak sempat nggak sekolah juga. Makanya target utama ya anak," ujar dia. 

Tak hanya itu, 'anak nongkrong' 7-Eleven pun ikut dikecewakan. Dino (25) yang berprofesi sebagai karyawan swasta mengaku kehilangan dengan berhenti beroperasinya salah satu gerai waralaba ter-ngetop di Jakarta ini. 

Dino mengungkapkan, 7-Eleven selama ini menjadi lokasi favorit berbagai kalangan khususnya anak muda untuk bercengkrama. Bahkan tak jarang ia memanfaatkan fasilitas 'nongkrong' seperti meja, kursi, sekaligus saklar di 7-Eleven untuk mengerjakan tugas-tugas kantor.

"Dengar Sevel (7-Eleven) tutup jujur sedih. Soalnya nggak ada lagi lokasi ideal buat ngerjain tugas kantor. Dari sisi harga, Sevel cukup cocok dengan isi kantong," kata Dino.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement