Rabu 28 Jun 2017 20:28 WIB

Serangan Virus Petya Lumpuhkan Kegiatan Ekonomi Global

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Ilham Tirta
Serangan siber
Foto: Flickr
Serangan siber

REPUBLIKA.CO.ID, MOSKOW -- Serangan siber global kembali terjadi pada Selasa (27/6). Serangan ini mengakibatkan lumpuhnya kegiatan perekonomian di sejumlah negara.

Virus komputer yang tersebar secara masif ini diduga merupakan varian dari keluarga ransomware yang dikenal sebagai Petya. Virus ini juga telah mengadopsi fitur utama dari serangan siber ransomware global bulan lalu yang dikenal bernama "WannaCry".

ESET, vendor anti-virus yang berbasis di Bratislava mengatakan, 80 persen infeksi dari serangan siber terbaru ini terdeteksi di antara basis globalnya di Ukraina. Infeksi terparah berikutnya melanda Italia, yakni sekitar 10 persen. Akibat serangan virus ini, aktivitas perekonomian di sejumlah negara terhambat.

Raksasa pengiriman A.P. Moeller-Maersk (MAERSKb.CO), perusahaan yang menanangani satu dari tujuh kontainer ke seluruh dunia menjadi salah satu korbannya. MAERSKb.CO memang memiliki unit logistik di Ukraina, negara terparah yang terserang virus Petya. Mereka mengatakan, serangan siber mengakibatkan perusahaan tidak dapat memproses pesanan baru.

"Saat ini, pada saat ini, kami tidak dapat menerima pesanan baru," kata Chief Commercial Officer Maersk Line Vincent Clerc dalam sebuah wawancara.

BNP Paribas Real Estate (BNPP.PA), sebuah perusahaan penyedia layanan pengelolaan properti dan investasi juga mengaku menjadi korban serangan virus Petya. Namun, mereka enggan mengungkapkan seberapa besar dampak serangan siber tersebut.

"Serangan siber internasional menyerang anak perusahaan non-bank kami, Real Estate. Langkah-langkah yang diperlukan telah diambil untuk secara cepat menahan serangan tersebut," katanya.

Serangan siber juga mengakibatkan proses produksi di pabrik Cadbury (MDLZ.O) di Tasmania, Australia, terhenti. "Hal itu terjadi karena sistem komputer turun," ujar Sekretaris Negara untuk Manufaktur dan Serikat Pekerja Australia John Short.

Rosnefett Rusia (ROSN.MM), salah satu produsen minyak mentah terbesar di dunia, mengaku sistem komputer perusahaannya turut terjangkit virus ransomware Petya. Kendati mengalami konsekuensi serius pada sistem komputernya, namun proses produksi Rosnfett Rusia tetap berjalan. Mereka memanfaatkan sistem cadangan.

Virus Petya, yang dilaporkan telah mengadopsi fitur ransomware WannaCry, akan memblokir sistem komputer dan mengenkripsi seluruh data di dalamnya. Untuk memulihkan dan mendapatkan kembali akses ke komputer terkait, pengguna terlebih dulu harus membayar uang tebusan sekitar 300-500 dolar dengan menggunakan metode pembayaran bitcoin.

Terkait serangan siber global terbaru, para pakar keamanan masih mempertanyakan apakah motivasi peretasan murni pemerasan atau terdapat motif lainnya. Sebab, serangan ini terjadi tak lama setelah serangan WannaCry melanda puluhan negara pada bulan lalu. 

sumber : Reuters
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement