REPUBLIKA.CO.ID, SANA'A -- Jumlah korban tewas akibat wabah kolera besar di Yaman telah meningkat menjadi 1.500 korban. Hal itu disampaikan oleh perwakilan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) di Yaman Nevio Zagaria pada Sabtu (1/7) waktu setempat.
Yaman telah dilanda perang selama 27 bulan antara koalisi yang dipimpin Arab Saudi dan kelompok Houthi yang berafiliasi dengan Iran. Akibatnya, negara itu menjadi tempat berkembang biak yang potensial bagi penyakit ini. Di mana penyakit tersebut menyebar dari kotoran yang masuk melalui makanan dan air, yang semakin tumbuh subur di tempat-tempat dengan sanitasi yang buruk.
Berbicara pada sebuah konferensi pers bersama dengan perwakilan Unicef dan Bank Dunia, Zagaria menyebutkan sampai 30 Juni ini sudah ada 246 ribu kasus yang dicurigai sebagai kasus kolera. Seperti dikutip oleh The Guardian, pada Ahad (2/7).
Sebagian besar infrastruktur kesehatan Yaman telah rusak dan petugas kesehatan belum dibayar selama lebih dari enam bulan. WHO kemudian membayar insentif kepada dokter, perawat, petugas kebersihan dan paramedis sebagai jaringan kolera darurat ini.
Dengan bantuan dana dari Bank Dunia, WHO menyiapkan pusat perawatan dengan masing-masing terdiri atas 50 hingga 60 tempat tidur. Dan diawasi dengan 14 staf yang bekerja secara bergantian sepanjang waktu. Mereka menargetkan untuk bisa menyediakan 5.000 tempat tidur.