Jumat 14 Jul 2017 20:26 WIB

Misteri Laut dan Kisah Ekspedisi The Challenger

Rep: A Syalabi Ichsan/ Red: Agung Sasongko
Lautan nan dalam (ilustrasi)
Foto: bachelortrade.com
Lautan nan dalam (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Bumi disebut sebagai Planet Biru bukan tanpa sebab. Planet yang sudah mulai tua ini memiliki lebih dari 70 persen wilayah lautan. Tak heran jika bumi kita akan tampak berwarna biru jika dilihat dari angkasa.

Menjelang abad ke-19, para pelaut dan ilmuwan mulai sadar bahwa begitu banyak misteri bawah laut yang belum mereka ke tahui. Upaya Angkatan Laut Kerajaan Inggris untuk memetakan semua garis pantai bumi pada pertengahan abad ke-19 membuka mata mereka betapa dalam laut itu. Untuk membuktikannya, Kerajaan Inggris merencanakan ekspedisi membahayakan dengan kapal HMS Challengers pada 1872. Kapal ini dimodifikasi untuk penelitian. Kapal pun dilengkapi dengan laboratorium kimia dan alam.

Kapal ini dipimpin Kapten George Nares. Di dalam the Challenger, ada para pene liti dan ahli botani dari Inggris Raya. Se mua kru dan petugas berjumlah 247 orang. Mereka bekerja di bawah pengawas an Charles Wyvelle Thomson dari Univer sitas Edinburgh. Ketika kembali, mereka hanya tersisa 144 orang. Banyak di antara kru kapal yang meninggal dunia, berpisah di perjalanan hingga melakukan desersi dalam tugas.

Kapal mulai berlayar pada 21 Desem ber 1872 dari Portsmouth, Inggris. Pada Januari 1873, kapal sempat singgah di Lisa bon dan Gibraltar. Kapal kemudian berlayar ke Kepulauan Kanari, Medeira, hingga Bermuda. Kapal juga berputar ke arah se latan menuju Salvador di Brasil. The Challenger melanjutkan petualangannya hingga ke Melbourne, Australia, Selandia Baru, dan daerah pasifik, seperti Kepulau an Tonga dan Fiji.

The Challenger juga singgah ke Cina dan Hong Kong sampai ke Kepulauan Arafuru dan Papua Nugini. Kapal ini juga me nyinggahi wilayah nusantara, seperti Laut Banda, Kepulauan Ambon hingga Ternate. Kapal lantas bergerak ke utara hingga melintasi Sulawesi menuju Filipina. Tempat terakhir the Challenger melabuhkan sauh nya sampai di Kepulauan Carolina dan Mariana. Kapal pun sampai di Pelabuhan Yokohama, Jepang, pada April 1875.

Setelah singgah di ratusan tempat di seluruh bumi, kru Challenger menghasilkan temuan dari 360 stasiun pengamat. Mereka mengukur kedalaman, temperatur di kedalaman berbeda, mengamati cuaca dan kondisi laut, mengumpulkan biota laut. Mereka menggunakan alat keruk dan pukat untuk mengumpulkan biota laut.

Alat keruk itu menggali di dasar laut. Lebih dari 4.000 spesies yang tidak dikenal saat itu ditemukan dalam ekspedisi ini. John Murray, supervisor publikasi hasil riset the Challenger bahkan menggambarkan laporan tersebut menjadi temuan ilmu pengetahuan terbesar di bumi kita sejak abad ke-15 dan ke-16.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement