REPUBLIKA.CO.ID, BEKASI -- Mesin buatan Taiwan saat ini masih diminati bagi para perusahaan yang bergerak di bidang industri manufaktur di tanah air. Alasannya, selain harga yang relatif murah, kualitasnya pun juga lebih bagus.
Hal itu diakui Djunaidi Herman Hendro, Presiden Direktur PT Jaya Metal Teknika, salah satu perusahaan distributor mesin industri dari luar negeri. "Persentase penjualan mesin kami 80 persen mesin asal Taiwan, 15 persen mesin asal Jepang dan 5 persen lagi mesin asal Eropa," kata Djunaidi, Kamis (12/11).
Ia menjelaskan, pembeli mesin untuk industri manufaktur masih didominasi oleh perusahaan dalam negeri, yang bergerak di bidang otomotif. "Mesin yang kami jual bahkan juga dipakai oleh Toyota. Karena mesin asal Taiwan presisinya lebih bagus dibanding Jepang," kata Djunaidi.
PT Jaya Metal Teknika, mulai menjadi importir mesin asal luar negeri sejak tahun 1989, dengan modal awal hanya Rp 200 Juta. Perusahaan yang beralamat di kawasan industri EJIP Cikarang Kabupaten Bekasi tersebut, bisa tetap bertahan di bisnis ini karena mereka menerapkan strategi after sales service.
After sales service tersebut, lanjut Djunaidi, merupakan jaminan perawatan hingga perbaikan bagi mesin yang sudah dibeli. Semua perawatan dan perbaikan dilakukan oleh engineering yang telah mengikuti pelatihan di pabrik asal mesin dibuat. "Ini demi menjaga kepuasan pembeli," imbuhnya.
Menurutnya, saat ini Indonesia masih menjadi pasar menjanjikan bagi produk mesin asal Taiwan. Ekspor mesin Taiwan ke Indonesia hingga kini juga terus mengalami pertumbuhan yang signifikan. Kondisi ini tidak terpengaruh dengan gencarnya mesin asal China masuk ke Indonesia.
Kendati begitu, nilai tukar rupiah atas dolar masih menjadi kendala bagi para importir mesin. Kondisi ini membuat rata-rata pendapatan mereka tidak stabil, karena semua transaksi masih menggunakan kurs dolar. "Untuk mensiasatinya kami memberikan banyak promo, dan kami juga ikut pameran untuk memperkenalkan mesin yang kami jual," katanya.