Selasa 26 Jun 2012 18:24 WIB

Hevina Masih Prototype Riset

Rep: Fenny Melisa/ Red: Taufik Rachman
Uji Coba Mobil Listrik Nasional
Foto: Republika/Aditya Pradana Putra
Uji Coba Mobil Listrik Nasional

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA – Peneliti mobil listrik dari Pusat Penelitian Tenaga Listrik dan Mekatronika LIPI, Abdul Hafid, mengatakan, mobil listrik berupa bus mini bernama Hevina yang diujicobakan hari ini Selasa (26/6) dalam rangka memperingati Hari Kebangkitan Teknologi Nasional (Hateknas) ke 17, belum dapat diproduksi secara massal.

“Yang  kami tampilkan prototype riset bukan prototype produk. Masih harus naik tingkat lagi untuk menjadi prototype produk agar dapat diproduksi secara massal,” ujar Hafid.

Hafid menjelaskan terdapat perbedaan antara mobil listrik dengan mobil konvensional lainnya. Perbedaan yang mencolok adalah terletak pada mesin (engine) mobil.  “Konsep  engine  mobil listrik  100 persen beda  secara  konsep  dengan mobil pada umumnya. Jika pada mobil konvensional, dalam mesin terjadi proses pembakaran sehingga menimbulkan suara bising. Sedangkan pada mobil listrik, engine menggunakan motor listrik dimana bahan bakarnya adalah energi listrik dan terjadi pergeseran antar magnet  di dalamnya, sehingga tidak menimbulkan suara,” jelas Hafid.

Hafid mengungkapkan dalam pembuatan rangka atau chasis mobil listrik Hevina dilakukan oleh karoseri yakni industri pembuat badan kendaraan  yang membuat chasis  untuk kendaraan niaga, truk, maupun bus.  “Yang membuat memang di karoseri akan tetapi kami tetap memantau kesana,” ungkap Hafid.

Hafid mengungkapkan saat ini untuk investasi bus listrik belum dibicarakan. Menurutnya, mobil listrik masih perlu pengembangan untuk pencapaian penghematan sumber energi. “ Yang dituju saat ini adalah bagaimana mencari alternatif pengggunaan energi agar lebih efisien. Karena konsumsi energi kita begitu boros. Diharapkan dengan adanya mobil listrik, penggunaan listrik untuk akomodasi bisa lebih  efisien dua kali lebih dan lebih murah dibandingkan konvensional,” kata Hafid.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَمَا تَفَرَّقُوْٓا اِلَّا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًاۢ بَيْنَهُمْۗ وَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَّبِّكَ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى لَّقُضِيَ بَيْنَهُمْۗ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اُوْرِثُوا الْكِتٰبَ مِنْۢ بَعْدِهِمْ لَفِيْ شَكٍّ مِّنْهُ مُرِيْبٍ
Dan mereka (Ahli Kitab) tidak berpecah belah kecuali setelah datang kepada mereka ilmu (kebenaran yang disampaikan oleh para nabi) karena kedengkian antara sesama mereka. Jika tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dahulunya dari Tuhanmu (untuk menangguhkan azab) sampai batas waktu yang ditentukan, pastilah hukuman bagi mereka telah dilaksanakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang mewarisi Kitab (Taurat dan Injil) setelah mereka (pada zaman Muhammad), benar-benar berada dalam keraguan yang mendalam tentang Kitab (Al-Qur'an) itu.

(QS. Asy-Syura ayat 14)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement