REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA – Peneliti mobil listrik dari Pusat Penelitian Tenaga Listrik dan Mekatronika LIPI, Abdul Hafid, mengatakan, mobil listrik berupa bus mini bernama Hevina yang diujicobakan hari ini Selasa (26/6) dalam rangka memperingati Hari Kebangkitan Teknologi Nasional (Hateknas) ke 17, belum dapat diproduksi secara massal.
“Yang kami tampilkan prototype riset bukan prototype produk. Masih harus naik tingkat lagi untuk menjadi prototype produk agar dapat diproduksi secara massal,” ujar Hafid.
Hafid menjelaskan terdapat perbedaan antara mobil listrik dengan mobil konvensional lainnya. Perbedaan yang mencolok adalah terletak pada mesin (engine) mobil. “Konsep engine mobil listrik 100 persen beda secara konsep dengan mobil pada umumnya. Jika pada mobil konvensional, dalam mesin terjadi proses pembakaran sehingga menimbulkan suara bising. Sedangkan pada mobil listrik, engine menggunakan motor listrik dimana bahan bakarnya adalah energi listrik dan terjadi pergeseran antar magnet di dalamnya, sehingga tidak menimbulkan suara,” jelas Hafid.
Hafid mengungkapkan dalam pembuatan rangka atau chasis mobil listrik Hevina dilakukan oleh karoseri yakni industri pembuat badan kendaraan yang membuat chasis untuk kendaraan niaga, truk, maupun bus. “Yang membuat memang di karoseri akan tetapi kami tetap memantau kesana,” ungkap Hafid.
Hafid mengungkapkan saat ini untuk investasi bus listrik belum dibicarakan. Menurutnya, mobil listrik masih perlu pengembangan untuk pencapaian penghematan sumber energi. “ Yang dituju saat ini adalah bagaimana mencari alternatif pengggunaan energi agar lebih efisien. Karena konsumsi energi kita begitu boros. Diharapkan dengan adanya mobil listrik, penggunaan listrik untuk akomodasi bisa lebih efisien dua kali lebih dan lebih murah dibandingkan konvensional,” kata Hafid.