REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA--Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Hatta Rajasa menargetkan produksi massal mobil listrik di Indonesia dapat dimulai pada 2017, setelah melalui tahap pengujian.
"Tahun 2017 kita targetkan Indonesia akan memasuki fase `proven` produksi massal untuk mobil listrik," kata Menteri Hatta Rajasa di Tokyo, Selasa, disela acara "4th Indonesia-Japan Joint Economic Forum".
Ia mengatakan, Indonesia sangat berkomitmen untuk mengembangkan mobil listrik sebagai alternatif untuk meningkatkan efisiensi energi dalam isu global energi.
Oleh karena itu, ia sendiri mendorong dan menyatakan sangat setuju bila mobil listrik pada tahap awal digunakan dalam skala-skala kecil, termasuk di perumahan-perumahan sebagai kendaraan "feeder" atau pengumpan.
"Sebetulnya kendaraan listrik memang sudah bisa digunakan untuk skala yang kecil, misalnya, di perkotaan atau di perumahan, jadi saya setuju kalau dalam rentang 2013-2014 semua pihak memulai untuk menggunakan mobil listrik di skala yang kecil," ujarnya.
Hal itu menurut Hatta dalam menjadi salah satu upaya rintisan menuju fase produksi massal mobil listrik. "Ini harus dimulai sehingga kita memiliki tahapan yang jelas untuk menuju fase proven produksi massal."
Ia sendiri melontarkan gagasan penggunaan mobil listrik dalam pertemuan tingkat tinggi APEC yang akan digelar di Nusa Dua, Bali, pada 2013, sehingga mobil listrik sekaligus dijadikan ikon kendaraan ramah lingkungan dalam pertemuan itu.
"Saya akan mengundang ITB untuk menyiapkan beberapa kendaraan listrik untuk kita gunakan dalam APEC nanti. Ini juga sesuai dengan semangat APEC itu sendiri yaitu untuk meningkatkan energi efisiensi dan global energi. Jika mobil listrik belum memungkinkan kita akan menggunakan sekurang-kurangnya mobil `hybrid`," tukasnya.
Terkait kemungkinan pemberian insentif bagi dunia usaha yang mengembangkan mobil listrik, Hatta berjanji akan memberikan kemudahan di antaranya pembebasan bea masuk termasuk kemudahan perpajakan.
Ia mengatakan, sampai saat ini beberapa negara maju termasuk Amerika Serikat dan Jepang masih terus melakukan penelitian dan pengujian mobil listrik.
Menurut dia, penggunaan mobil listrik memang masih memerlukan penelitian lanjutan karena mobil listrik merupakan sebuah fenomena baru yang dikembangkan di dunia otomotif.
"Ini masih memerlukan pengembangan seperti dalam hal tingkat keselamatan penumpang, sistem `charging` seperti apa meskipun di Indonesia sudah bisa dijalankan dalam skala-skala yang kecil," ucapnya.
Namun, Hatta berpendapat sudah saatnya Indonesia mengembangkan kendaraan listrik sebagai salah satu upaya untuk mengurangi tingkat ketergantungan yang tinggi terhadap BBM.