REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pengembangan purwarupa (prototipe) mobil dan bus listrik Hevina ((Hybrid Electric Vehicle Indonesia) yang dibuat oleh Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), menelan dana yang cukup besar.
Untuk membuat purwarupa mobil sedan Hevina, anggaran yang dikeluarkan mencapai Rp 500 juta. Sementara, untuk prototipe bus anggarannya menelan biaya Rp 1,8 miliar.
"Dimana-mana, problem mobil listrik itu memang mahal. Tapi kan semua kelemahan yang ada di mobil konvensional ada di mobil listrik,’’ ujar Ketua Tim Penelitian Mobil dan Bus Listrik LIPI, Abdul Hapid kepada wartawan usai peluncuran mobil dan bus listrik bernama 'Hevina' di Graha Widya Bhakti DRN, Kawasan Puspitek Serpong Tanggerang Selatan Banten, Senin (26/8).
Menurut Hapid, mobil listrik mahal karena produksinya masih terbatas dibandingkan dengan mobil konvensional. Namun, kalau seandainya mobil listrik diproduksi dengan kapasitas produksi yang sama dengan konvensional, pasti bisa bekompetisi.
’’Masalahnya saat ini kami membutuhkan investor yang ulet sama seperti dengan mobil konvensional,’’ katanya.
Hapid mengatakan, penelitian mobil dan bus listrik tersebut dilakukan sejak 1997. Yaitu, penelitiannya dimulai dari mobil golf dan mobil kecil lainnya. Sedan ‘Hevina’ ini, ditambahkan berbagai fitur. Sedangkan bus, dijadikan mobile meeting. "Bus ini, bisa jadi solusi di kemacetan,’’ kata Hapid.