REPUBLIKA.CO.ID, JENEWA -- Merek mobil mewah Bentley memastikan tidak ada rencana untuk memindahkan produksi dari Inggris pada saat ini. Akan tetapi, opsi itu masih memungkinkan jika perusahaan menghadapi skenario terburuk.
Apalagi, sebelumnya perusahaan asal Inggris itu telah membangun beberapa model di luar Inggris untuk meningkatkan kapasitas, yaitu di Dresden, timur Jerman.
"Britishness merupakan hal yang membuat kami menjadi sangat unik tapi kita tahu dari... merek mobil lain bahwa bisnis ini sangat internasional dan sebelum kami tidak mau memproduksi unit Bentley lagi, kami akan memproduksinya di tempat lain," kata Chief Executive Wolfgang Duerheimer kepada Reuters di Geneva Motor Show, Kamis (9/3).
Pabrikan mobil di Inggris terus merasakan kecemasan setelah keputusan negara itu untuk keluar dari Uni Eropa beberapa tahun lalu. Kekhawatiran tersebut antara lain terkait dengan kebijakan penghapusan pasar tunggal yang selama ini membebaskan pergerakan produk dan orang di wilayah Benua Biru.
Apalagi, Perdana Menteri Theresa May pernah mengatakan bahwa Inggris akan benar-benar meninggakan kebijakan pasar tunggal sebagai konsekuensi keluar dari Uni Eropa.
Eropa menjadi pasar yang menjanjikan bagi Bentley. Tahun ini saja, benua Eropa menjadi pasar terbesar Bentley dengan pangsa pasar mencapai 20 persen. Sementara untuk produksi seluruh lini mobil mewah dipusatkan di Crewe, Inggris pusat.
Karenanya, bos Benley itu menekankan bahwa akses tak terbatas, terkait tarif dan visa perjalanan karyawan, ke Benua Biru menjadi hal yang sangat penting bagi perusahaan. Bahkan, ia menilai, keputusan pemerintah terkait itu akan menjadi penentu investasi besar yang bakal digulirkan untuk memproduksi model baru yang rencananya bakal dimulai pada awal tahun depan.
"Saya punya sekitar sembilan hingga 12 bulan untuk menunggu dan melihat apa yang akan terjadi, baru kemudian saya akan mengambil keputusan serius. Ini semua terhubung dengan model pada masa mendatang," kata dia.
Saat ini, Duerheimer menjelaskan, perusahaan terus melakukan perbincangan dengan pejabat Inggris mengenai Brexit. "Ini membuat kita memiliki ruang untuk bernapas, begitu juga dengan pemerintah, tapi kemudian saya perlu untuk membuat komitmen yang jelas," tambah dia.