REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Teknologi driverless car atau mobil dengan kemudi otomatis memang masih menuai banyak perdebatan. Beberapa teknologi sudah mumpuni menciptakan sensor untuk menghindari kecelakaan. Namun ada pula pendapat yang menyatakan, saat mobil mengambil kemudi otomatis maka akan membahayakan pengemudi itu sendiri.
Laman The Telegraph melaporkan, mobil kemudi otomatis berbahaya ketika pengemudi mengantuk, membaca buku, hingga bermain dengan ponselnya. Situasi tersebut memberikan sinyal pada sensor bahwa mobil dalam keadaan darurat sehingga harus dikemudikan otomatis.
Seorang ahli driverless cars dari University of Southampton Profesor Neville Stanton menjelaskan, saat mobil secara penuh dikendalikan secara otomatis maka perhatian pengemudi mengalami penyusutan. "Hal ini sama saja ketika seorang pengemudi mengendarai kendaraan kemudian bermain ponsel atau mengobrol dengan penumpang," kata Stanton.
Kondisi tersebut membuat konsentrasi pengemudi tidak lagi penuh. Bahkan beberapa penelitian juga menyebutkan, kendali otomatis tetap tidak bisa diandalkan meski dalam kondisi darurat sekalipun. Ketepatannya tetap tidak sama seperti seseorang mengemudukan mobil secara manual.
Di dalam penelitian juga menyebutkan, respons mobil kendali otomatis tidak bisa diandalkan dalam keadaan darurat. Rata-rata sensor mampu mengolah pesan yang diberikan pengemudi mencapai enam kali lebih lama bila dibandingkan seorang pengendara secara manual.
Belum lagi kabar seperti peretasan oleh para hacker terhadap mobil buatan Tesla, yakni mereka mampu mematahkan sistem keamanan mobil, membuka pintu dan kaca, serta mengendalikan perangkat elektronik lainnya yang ada di dalam mobil. Penelitian ini juga harus menjadi perhatian pemerintah dalam menerapkan peraturan untuk driverless car di dunia.