REPUBLIKA.CO.ID, MEULABOH -- Satuan Markas Polisi Resort Aceh Barat, Polda Aceh bersama Satgas karhutla menggelar Shalat Istisqa yaitu shalat minta hujan terkait kondisi kebakaran lahan dan hutan kawasan itu meluas dan semakin menimbulkan dampak.
Kapolres Aceh Barat AKBP Teguh Priyambodo Nugroho mengatakan, dalam menghadapi kebakaran hutan dan lahan (karhutla) telah dibentuk tim satgas, yakni satgas pemantauan, pencegahan, penindakan dan satgas doa. "Satgas doa inilah yang berperan secara religi melakukan doa bersama masyarakat, intinya kita juga harus mendekatkan diri kepada Allah SWT, bertaubat, mengintrospeksi diri dan memohon kepada tuhan agar diturunkan hujan,"katanya di Meulaboh, Rabu (26/7).
Usai pelaksanaan shalat sunat istisqa' berjamaah di halaman Mapolres Aceh Barat, dijelaskan, kekeringan dan tidak turun hujan menyebabkan kebakaran hutan dan lahan di daerah tersebut merupakan bencana yang merupakan teguran dari tuhan.
Dampak dari karhutla telah mengakibatkan udara kotor, asap pekat mengganggu aktivitas masyarakat, malahan sejumlah pelajar dari sekolah berada dekat sumber asap, pingsan karena sesak nafas akibat mengalami infeksi saluran pernafasan akut (ispa).
Kapolres Teguh menyatakan, selain itu upaya penegakan hukum juga tengah mereka lakukan, setidaknya selama terjadi bencana tersebut sudah ada enam warga di amankan pihak polisi karena diduga terlibat dalam kebakaran hutan dan lahan di daerah itu.
Enam warga yang diamankan polisi masing-masing berasal dari Kecamatan Johan Pahlawan, Kecamatan Arongan Lambalek dan Samatiga, warga ditangkap karena ditemukan di lokasi kebakaran lahan, pemilik dan juga pelaku pembakar lahan. "Untuk mengarah status belum, tapi sudah ada enam orang kita amankan, karena yang bersangkutan melakukan pembersihan lahan, ditemukan di TKP dan pemilik lahan terbakar, masih tahap penyelidikan," tegasnya.
Kegiatan keagamaan tersebut diikuti oleh puluhan anggota polisi, tokoh masyarakat, kepala desa serta satgas Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD), pelajar dayah/pasantren, setelah shalat sunat, jamaah mendengarkan khutbah singkat, berzikir dan doa bersama.
Sementara itu tokoh ulama Aceh Barat, Tgk Haramen Nuriqmar, menambahkan, bencana kekeringan dan tidak turun hujan melanda daerah itu, secara agama merupakan teguran Allah SWT, solusinya melakukan shalat sunat mohon hujan.
"Ini juga tanda-tanda kiamat, terjadi kekeringan, kebakaran hutan dan lahan, kita tidak diberikan hujan, saya selaku tokoh ulama dan guru menghimbau masyarakat Aceh, mari bersama-sama kita bertaubat, berzikir dan penuhi Masjid," katanya menambahkan.
Satu unit pesawat water bombing milik Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) telah disiapkan melakukan pengeboman air di wilayah Aceh Barat, hingga pukul 13.00 WIB, awak media di wilayah setempat masih menanti eksen dari petugas BNPB.