Kamis 27 Jul 2017 19:59 WIB

BCA Kantongi Laba Rp 10,5 Triliun

Presiden Direktur PT Bank Central Asia  (BCA) Jahja Setiaatmadja (ketiga kiri) bersama Wakil Presiden Direktur BCA Eugene Keith Galbraith (kedua kiri), Presiden Komisaris BCA D.E. Setijoso (kanan) dan Direktur BCA Subur Tan ( kiri) memberikan keterangan kepada media tentang Laporan Keuangan Semester I 2017 BCA di Jakarta, Kamis (27/7).
Foto: ANTARA FOTO/Muhammad Adimaja
Presiden Direktur PT Bank Central Asia (BCA) Jahja Setiaatmadja (ketiga kiri) bersama Wakil Presiden Direktur BCA Eugene Keith Galbraith (kedua kiri), Presiden Komisaris BCA D.E. Setijoso (kanan) dan Direktur BCA Subur Tan ( kiri) memberikan keterangan kepada media tentang Laporan Keuangan Semester I 2017 BCA di Jakarta, Kamis (27/7).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PT Bank Central Asia Tbk (BCA) mengantongi laba bersih Rp10,5 triliun atau bertumbuh 10 persen pada semester I 2017 yang didorong pertumbuhan penyaluran kredit hingga 11,9 persen dan upaya ekstra hati-hati dalam menjaga rasio kredit bermasalah.

"Faktor utama adalah rasio kredit bermasalah (Non-Performing Loan/NPL) kita jaga dan saat ini NPL kita termasuk sangat kecil di antara industri," ujar Presiden Direktur BCA Jahja Setiaatmadja dalam jumpa pers di Jakarta, Kamis (27/7).

NPL BCA di paruh pertama tahun ini sebesar 1,5 persen (gross). Angka itu sebenarnya naik dibanding periode sama tahun lalu yang sebesar 1,4 persen. Namun, kata BCA, level NPL saat ini masih berada dalam rentang target NPL yang dijaga BCA yakni di 1,5-2 persen.

Berdasarkan komponen pendapatan BCA, pendapatan bunga bersih (Net Interest Income/NII) BCA sebenarnya tidak tumbuh signifikan yakni hanya satu digit di 3,1 persen menjadi Rp20,3 triliun. Pendapatan Komisi (Fee Based Income) BCA juga tumbuh normal di 10,7 persen menjadi Rp7,04 triliun.

Namun, BCA banyak terbantu dengan turunnya pencadangan secara signifikan, menyusul NPL yang terjaga dan kredit yang ekspansif. Biaya provisi BCA turun hingga 53,3 persen (yoy) di paruh pertama tahun ini menjadi Rp936 miliar dari Rp2 triliun.

"Kita memang tetap ada penambahan cadangan, tapi tidak sebesar tahun lalu," ujar Jahja.

Sementara BCA manaruh rasio cadangan terhadap kredit bermasalah sebesar 196,3 persen. Dari fungsi intermediasi, BCA tercatat menyalurkan kredit Rp433 triliun yang banyak ditopang segmen konsumer dan korporasi.

Kredit konsumer BCA tumbuh 18,4 persen menjadi Rp124,5 triliun, sementara kredit korporasi BCA tumbuh 18,7 persen menjadi Rp160,7 triliun. Sedangkan kredit komersial dan Usaha Kecil serta Menengah (UKM) tumbuh 1,2 persen (yoy) menjadi Rp148,3 triliun.

Adapun Dana Pihak Ketiga (DPK) BCA tumbuh 16,7 persen (yoy) menjadi Rp572,2 triliun, dengan komposisi dana murah naik 12 persen menjadi Rp426,9 triliun dan deposito tumbuh 33 persen menjadi Rp145,3 triliun. Sedangkan rasio kecukupan modal (Capital Adequacy Ratio/CAR) BCA terjaga di 22,1 persen. Likuiditas BCA tampak longgar dengan rasio pinjaman terhadap pendanaan (Loan to Funding Ratio/LFR) sebesar 74,5 persen.

"Likuiditas ini karena tumbuhnya deposito yang cukup tinggi," ujar dia. Dengan kredit dan DPK tersebut, aset BCA terkumpul Rp738,1 triliun atau tumbuh 17,9 persen pada semester I 2017.

sumber : Antara
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement