REPUBLIKA.CO.ID, MOSKOW -- Dalam beberapa tahun terakhir, popularitas mainan Fidget Spinner sempat begitu meroket. Mainan yang terdiri dari tiga buah bilah yang dapat berputar pada porosnya tersebut itu sebenarnya sudah ada sejak 1993 silam. Namun, saat seseorang ahli IT asal Amerika Serikat mengunggah mainan tersebut ke media sosial, mainan itu pun menjadi viral.
Popularitas Fidget Spinner bersifat global, tidak terkecuali di Rusia. Bahkan, pada akhir Mei silam, salah satu tokoh oposisi Rusia, Aleksei Navalny, sempat terlihat memainkan Fidget Spinner saat menunggu untuk memberikan kesaksian di sebuah pengadilan. Kendati begitu, Pemerintah Rusia ternyata memiliki kekhawatiran lain terkait popularitas mainan tersebut.
Badan Perlindungan Konsumen Rusia, Rospotrebnadzor, bahkan berniat melakukan investigasi terhadap efek mainan tersebut terhadap generasi muda Rusia. Tidak berheti sampai di situ, Rospotrebnadzor juga meminta para orang tua untuk mengawasi anak-anaknya saat bermain Fidget Spinner.
''Kami telah menyusun tim yang bertugas untuk menyelidiki dampak atau pengaruh mainan tersebut kepada generasi muda,'' tulis pernyataan Rosportrebnadzor seperti dikutip CNN, beberapa waktu lalu.
Tidak hanya itu, Rospotrebnadzor menduga, mainan Fidget Spinner ini membuat anak-anak muda Rusia menjadi tidak peka dan tidak fokus. Selain itu, mainan tersebut juga membuat anak-anak Rusia menjadi seperti 'zombie'. Sebenarnya, kecurigaan soal efek negatif Fidget Spinner ini juga terjadi di Amerika Serikat. Sejumlah sekolah di Amerika Serikat melarang penggunaan Fidget Spinner di lingkungan sekolah karena dianggap mengganggu fokus siswa.
Pada awalnya, Fidget Spinner justru diciptakan untuk membantu anak-anak yang mengalami gangguan fokus, seperti ADD, dan kerap terkena serangan panik. Mainan tersebut diharapkan dapat membantu anak-anak tersebut untuk bisa fokus.