REPUBLIKA.CO.ID, SEMARANG -- Pemerintah Kota Semarang masih mengkaji penerapan zona bebas kendaraan bermotor di kawasan Kota Lama yang penuh dengan bangunan peninggalan Belanda yang menjadi cagar budaya.
"Menutup jalan itu mudah. Yang susah, bagaimana mengenai dampak dan implikasinya yang harus dicarikan solusi," kata Wali Kota Semarang Hendrar Prihadi di Semarang, Rabu (2/8).
Diakui Hendi, sapaan akrab Hendrar Prihadi, sampai saat ini masih belum menemukan konsep moda transportasi yang tepat untuk melayani masyarakat di kawasan Kota Lama jika nanti jadi bebas kendaraan bermotor. "Kalau bicara secara emosional, ini kan kawasan Kota Lama jangan boleh ada kendaraan bermotor yang masuk. Ya, kami pertimbangkan," kata orang nomor satu di Kota Semarang itu.
Artinya, kata dia, transportasi orang menuju beberapa tempat ekonomi di kawasan Kota Lama, termasuk restoran-restoran dan tempat usaha yang sudah lama beroperasi juga harus dipikirkan. "Kami masih belum menemukan kendaraan yang bebas polusi. Jadi, tanpa memakai bahan bakar minyak (BBM), tetapi kendaraan itu luwes menyambung antarzona ekonomi di kawasan Kota Lama," katanya.
Namun, politikus PDI Perjuangan itu berharap dalam waktu dekat sudah bisa menemukan konsep yang tepat sistem transportasi yang bisa diaplikasi di kawasan Kota Lam Semarang agar lebih nyaman. Jadi, kata Hendi, nantinya orang-orang yang naik mobil atau sepeda motor dari luar kawasan bisa parkir di suatu tempat, kemudian berkeliling kawasan Kota Lama memakai kendaraan tersebut.
"Semacam angkutan yang bebas polusi. Masih kami coba rumuskan dengan kawan-kawan terkait, nanti setelah dapat rumusan yang tepat baru ngomong zona bebas kendaraan bermotor," katanya.
Sementara itu, Ketua DPRD Kota Semarang Supriyadi meminta secepatnya dirumuskan konsep yang tepat agar kawasan Kota Lama bisa bebas dari kendaraan bermotor, terutama roda empat dan lebih. "Sebetulnya, sudah harus dimulai, minimal di Kota Lama hanya boleh kendaraan roda dua. Truk-truk dan kendaraan roda empat sudah tidak bisa lewat karena bisa merusak jalan yang dilintasi," katanya.
Tentunya, kata politikus PDI Perjuangan itu, jalur-jalur alternatif yang bisa dilintasi kendaraan roda empat dan lebih harus disiapkan jika nanti kawasan Kota Lama tertutup untuk kendaraan bermotor. "Kalau kawasan Kota Lama sudah bebas dari kendaraan bermotor nanti pasti lebih bagus. Jadi, wisatawan dan masyarakat bisa menikmati keindahan Kota Lama tanpa terganggu kendaraan bermotor."