Jumat 04 Aug 2017 04:34 WIB

AS Luncurkan Situs untuk Lacak Propaganda Rusia

Rep: Rr Laeny Sulistyawati/ Red: Budi Raharjo
Peretasan. Ilustrasi
Foto: PC World
Peretasan. Ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, SAN FRANCISCO -- Sebuah situs diluncurkan pada Rabu (2/8) untuk melacak propaganda yang didukung Rusia di media sosial Twitter. Ini bagian dari upaya non-pemerintah yang terus berkembang untuk mengurangi kemampuan Moskow untuk mencampuri pemilihan umum di masa depan di Amerika Serikat (AS) dan Eropa.

Website http://dashboard.securingdemocracy.org/ dibangun oleh para periset yang bekerja dengan Aliansi untuk Mengamankan Demokrasi, sebuah proyek bipartisan, transatlantik yang dibentuk bulan lalu untuk

melawan kampanye disinformasi Rusia. Situs web tersebut, yang didukung oleh German Marshall Fund,

menampilkan analisis tweet berbahasa Inggris dari sekitar 600 akun Twitter yang diidentifikasikan sebagai pengguna yang menyebarkan propaganda Rusia.

Situs tersebut diluncurkan pada saat pemerintahan Trump menunjukkan keengganan untuk menangani serangan maya Rusia selama penyelidikan yang sedang berlangsung mengenai apakah kampanyenya berkolusi dengan Moskow selama pemilihan 2016.

Pejabat intelijen AS dan anggota parlemen telah memperingatkan bahwa Rusia akan berusaha untuk ikut campur dalam pemilihan kongres 2018 dan pemilihan presiden berikutnya pada 2020. Akun Twitter yang dipilih oleh situs web baru termasuk yang terlibat dalam kampanye disinformasi yang didorong oleh gerai propaganda Rusia, seperti RT dan Sputnik, dan pengguna yang berbagi informasi yang mempromosikan pemerintah Rusia.

Ini juga mencakup bot otomatis dan "cyborg", atau pengguna yang  diidentifikasi sebagai sebagian otomatis dan sebagian dikendalikan oleh manusia, yang membantu memperkuat propaganda Rusia. "Kami tidak harus mengatakan semua orang dalam daftar ini mendapatkan cek gaji dari Kremlin," kata J.M. Berger, seorang rekan di German Marshall Fund, seperti dikutip dari laman Channel News Asia, Kamis (3/8).

Ia menambahkan bahwa kelompok tersebut memiliki akun "kepercayaan yang sangat tinggi" yang dipilih menyebarkan disinformasi Rusia. Badan intelijen AS mengatakan, Rusia melakukan operasi pengaruhnya

yang luas untuk mendiskreditkan kandidat Demokrat Hillary Clinton dan membantu Donald Trump, seorang kandidat dari Partai Republik, memenangkan pemilihan 2016.

Rusia telah membantah tuduhan tersebut, Trump tidak konsisten menantang penilaian badan intelijennya sendiri. Kelompok riset tersebut mengeksplorasi cara untuk melakukan analisis serupa untuk platform lain, termasuk Facebook, Alphabet's YouTube dan Reddit. ''Namun, proyek semacam itu lebih sulit karena data yang kurang dapat diakses secara terbuka,'' kata Berger.

Twitter mengatakan tidak terlibat dalam proyek tersebut. Tidak ada komentar lain.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement