REPUBLIKA.CO.ID, PADANG PANJANG - Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) dan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) sepakat memanfaatkan informasi kebumian termasuk data gempa, cuaca, iklim, dan titik panas, serta pemetaan kabut asap untuk menekan risiko bencana alam. Kesepahaman antara kedua instansi untuk memanfaatkan data-data kebencanaan diharapkan bisa mengurangi dampak dan kerusakan atas bencana alam.
Kali ini, BMKG Stasiun Padang Panjang dan BPBD Pasaman yang melakukan penandatanganan Perjanjian Kerjasama (PKS) tentang Pemanfaatan Informasi Gempabumi, Cuaca Ekstrim, Iklim Ekstrim, Hotspot dan Kabut Asap untuk penanggulangan bencana diwilayah kabupaten Pasaman. Penandatanganan dilakukan oleh Kepala Stasiun Geofisika Silaing Bawah Padang Panjang Rahmat Triyono dan Maspet Kenedi sebagai Kepala Pelaksana BPBD Kabupaten Pasaman.
Maspet menjelaskan, Pasaman adalah salah satu kabupaten di Sumatera Barat yang memiliki luas wilayah 3.947,63 km2. Potensi bencana yang dapat terjadi di Kabupaten Pasaman antara lain banjir, tanah longsor, kebakaran hutan, puting beliung dan juga gempabumi. Tingginya risiko gempa bumi lantaran wilayah Kabupaten Pasaman dilalui oleh sesar Sumatra mulai dari Rao sampai ke Bonjol.
"Melihat kondisi kebencanaan seperti ini, BMKG telah memasang perangkat diseminasi informasi Digital video Broadcash/DVB sebagai sarana penerima informasi dari BMKG," ujar Rahmat, Kamis (3/8).
Bahkan rencananya di tahun 2017 ini BMKG akan melakukan pemasangan accellerometer di kecamatan Rao dan Bonjol. Tujuannya, pemasangan accelerometer ini mampu merapatkan jaringan sensor yang dapat meningkatkan akurasi informasi dampak yang diakibatkan oleh gempabumi. Selain itu, lanjut Rahmat, peralatan ini juga dapat berfungsi untuk menentukan nilai percepatan tanah. Informasi ini dapat digunakan sebagai data dukung untuk perencanaan dalam tata ruang tidak hanya di wilayah Pasaman tapi bermanfaat juga bagi wilayah di Sumatra Barat lainnya.