Kamis 10 Aug 2017 00:15 WIB
Penolakan Ki Bagus Hadikoesoemo untuk Seikerei

Pengaruh Penolakan Muslim Bagi Masyarakat

Rep: Rahma Sulistya/ Red: Agus Yulianto
Rukuk
Foto: wordpress
Rukuk

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Suasana politik yang kian memanas, hingga benturan antara Islam dan Pancasila, seharusnya tidak perlu terjadi di Indonesia. Salah seorang cucu pahlawan nasional, yakni cucu dari Ki Bagus Hadikoesoemo, menceritakan bagaimana buyutnya itu yang juga seorang muslim Muhammadiyah, memberikan peran penting bagi bangsa Indonesia.

Cuci dari Ki Bagus Hadikoesoemo, Hatif Hadikoesumo, memaparkan sekilas sejarah dari sebuah buku sejarah yang tidak ia sebutkan judulnya, tentang buyutnya itu. "Lahir di Yogyakarta, tepatnya di Kampung Kauman, November 1890 berlokasi dekat dengan keraton Yogyakarta. Ki Bagus sangat resah dengan sebuah fenomena yang diterapkan oleh Jepang," jelas dia.

Fenomena Jepang itu, mengharuskan warga pribumi untuk menunduk seperti rukuk ke arah matahari sebagai penghormatan kepada Kaisar Jepang. Dengan gerakan yang terlihat seperti rukuk yang merupakan salah satu gerakan dalam shalat, yang mengartikan kita sedang menyembah Allah SWT, maka pada saat itu Muhammadiyah menolak fenomena tersebut.

Fenomena itu dinamakan Seikerei yang dilakukan setiap pagi. Dan penolakan Muhammadiyah ini, merebak ke masyarakat luas. Pemerintah Jepang merasa khawatir, dan akhirnya memanggil Ki Bagus sebagai salah satu orang berpengaruh yang pada saat itu menentang keras ritual Seikerei.

"Ia sangat terkenal dengan gagasannya itu. Menanggapi panggilan pemerintah Jepang, Ki Bagus mengadakan rapat dengan kawan-kawan, hingga mencapai satu kesepakatan agar Ki Bagus harus datang menghadapi. Saat itu, sebelum berangkat bertemu pemerintahan Jepang, Ki Bagus shalat dua rakaat terlebih dahulu untuk meminta kelancaran Allah SWT," ujar Hatif.

Sesampainya di Kantor Jepang, ada tanya jawab menarik pada waktu itu. Hatif memaparkan isi pembicaraan antara Ki Bagus dengan salah seorang petinggi pemerintah Jepang.

Petinggi Jepang: "Saya minta Ki Bagus dan murid-murid untuk lakukan upacara seikerei,"

Ki Bagus: "Tidak mungkin. Karena agama Islam melarang,"

Petinggi Jepang: "Itu saya tidak tahu,"

Ki Bagus: "Kalau tidak tahu, maka saya beritahu, bahwa agama Islam melarang itu,"

Petinggi Jepang: "Tapi pemerintah Jepang memerintahkan seluruh masyarakat untuk melakukan seikerei itu,"

Ki Bagus: "Saya pikir, berarti Tuan harus memerintahkan Tuhan kami juga,"

Kemudian petinggi pemerintah Jepang itu terdiam dan mengernyitkan dahi. Namun, Ki Bagus tetap diharuskan memerintahkan seluruh warga dan pengikutnya untuk lakukan ritual itu. Namun Ki Bagus tetap mengatakan, tidak bisa. Hingga akhirnya petinggi pemerintah Jepang itu menggebrak meja.

"Saat itu Ki Bagus ketakutan juga, sempat mengeluarkan keringat dingin. Namun, akhirnya Ki Bagus mengeluarkan jurus terakhirnya. Dengan mengatakan, 'menurut agama kami, tetap tidak boleh. Tuan pun juga beragama. Walaupun kita berlainan agama, tentu kita tidak mau melanggar aturan agama Tuan'. Petinggi Jepang itu langsung diam, dan justru mengajak Ki Bagus minum teh," ucap Hatif.

Dan sampai di rumah, Ki Bagus sujud syukur karena selamat saat menemui petinggi Jepang itu, dan para pengikutnya juga tidak dipaksa mengikuti ritual Seikerei itu lagi.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement