REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- PT Bank Rakyat Indonesia (BRI) menyatakan ada wacana melakukan aksi stock split atau pemecahan saham. Tujuannya, agar investor retail bisa meningkatkan partisipasinya sebab harga akan menjadi lebih terjangkau.
"Kita ingin BRI dimiliki masyarakat, jadi setiap value yang dibuat BRI bisa dinikmati," ujar Wakil Direktur BRI Sunarso kepada wartawan di Jakarta, Rabu, (9/8). Meski begitu, menurutnya tidak mudah melakukan stock split.
Ia menjelaskan, setelah stock split, perseroan harus bisa menjanjikan pertumbuhan. Maka, kondisi makro ekonomi turut menjadi faktor penentu keberhasilan stock split.
"Sekarang kalau mau stock split menentukannya juga nggak gampang 1:2, 1:3, 1:4, 1:5, kita harus ukur," kata Sunarso. Sebelumnya BRI pun pernah memecah sahamnya pada November 2010 dengan rasio 1:2.
Direktur Keuangan BRI Haru Koesmahargyo menambahkan, stock split bukan satu-satunya cara meningkatkan kepercayaan investor pada BRI. "Nanti akan kita kaji lalu kita putuskan secara publik. Nanti kita sampaikan," ujarnya pada kesempatan serupa.
Ia menuturkan, saat ini sebanyak 56,75 persen saham BRI dimiliki oleh Negara. Kemudian 35 persen milik asing, sisanya sekitar tujuh persen dipunyai publik domestik. "Maka kami ajak masyarakat untuk berpartisipasi memperluas basis investor. Sama-sama berpartisipasi dalam peningkatan porsi domestik khususnya ritel," kata Haru.