REPUBLIKA.CO.ID, INDRAMAYU -- Masuknya garam impor langsung membawa dampak buruk pada petani garam. Saat ini, harga jual garam petani anjlok dan kurang diminati para pembeli.
''Setelah impor masuk, harga garam turunnya drastis sekali,'' kata seorang petani garam di Desa Muntur, Kecamatan Losarang, Kabupaten Indramayu, Robedi, kepada Republika.co.id, Senin (14/8).
Robedi menyebutkan, harga garam di tingkat petani sempat menyentuh Rp 3.500 - Rp 4.000 per kg saat awal panen di akhir Juli lalu. Namun, saat ini harganya hanya Rp 1.700 per kg. Menurut Robedi, penurunan harga garam terjadi secara cepat. Bahkan, penurunan itu terjadi setiap hari. ''Hari ini masih Rp 1.700 per kg. Besok mungkin Rp 1.500 per kg. Penurunannya cepat sekali,'' keluh Robedi.
Robedi menilai, turunnya harga garam terjadi akibat masuknya garam impor. Apalagi, saat ini petani garam memasuki panen raya. Tak hanya menurunkan harga garam petani, Robedi mengatakan, impor garam juga membuat berkurangnya jumlah pembeli. Padahal saat awal panen, pembeli sampai berebut untuk mendapatkan garam petani.
Robedi berharap, pemerintah bisa berpihak pada nasib petani garam dengan cara menghentikan impor garam. Selain itu, meningkatkan harga dasar untuk garam guna mengantisipasi semakin anjloknya harga garam.
Ketua Asosiasi Petani Garam (Apgasi) Jawa Barat, M Taufik, membenarkan anjloknya harga garam pascamasuknya garam impor. Dia menyebutkan, harga garam petani di Jabar saat ini rata-rata hanya Rp 1.200 - Rp 1.000 per kg, tergantung kualitas garamnya. ''Harga garam turun drastis sekali,'' tutur Taufik.
Tak hanya harganya yang turun, kata Taufik, permintaan terhadap garam petani juga menurun drastis. Padahal, stok garam petani semakin banyak seiring semakin meningkatnya jumlah lahan tambak garam yang panen.
Taufik berharap agar pemerintah menghentikan impor garam. Pasalnya, stok garam di tingkat petani sudah banyak. ''Saat ini sudah tidak lagi terjadi kelangkaan garam. Stok garam petani banyak,'' kata Taufik.