REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Wakil Kepala Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf), Ricky Joseph Pesik mengatakan, penerbitan merupakan salah satu sub-sektor industri kreatif yang masuk dalam pendukungan Bekraf. Dukungan terhadap Indonesia International Book Fair (IIBF) merupakan salah satu upaya Bekraf untuk meningkatkan ekosistem penerbitan.
Ricky menilai, dengan jumlah penduduk indonesia yang besar, keragaman budaya dan demokrasi yang terpelihara, Indonesia berpotensi menjadi salah satu pemimpin produksi dan konsumsi buku dunia.
Penilaian tersebut, kata dia, sudah cukup sebagai alasan untuk mengharapkan adanya pameran buku dunia di Jakarta yang menjadi International market hub. Jika memang tak bisa menjangkau keseluruhan, setidaknya untuk kawasan regional.
"Terutama karena alasan inilah Bekraf merasa perlu membesarkan IIBF, yang telah dirintis IKAPI puluhan tahun lalu," ujar dia saat konferensi pers IIBF 2017 di Senayan City, Jakarta, Jumat (18/8).
Ricky juga mengatakan, IIBF tidak boleh tertinggal dari pameran buku di negara lain. IIBF, lanjut dia, harus memiliki kualifikasi pameran kelas dunia dan membanggakan untuk stakeholder perbukuan Indonesia.
Selain memiliki dampak positif terhadap ekonomi, lanjut Ricky, tampilnya Indonesia sebagai tuan rumah pameran buku internasional tersebut juga penting dalam diplomasi kebudayaan.
Bekraf juga berencana untuk memberikan pengenalan program deputi Bekraf ke masyarakat di acara IIBF. Akan ada Bekraf Lounge dan Becraf Creative Corner dalam acara IIBF.
IIBF Merupakan pameran tahunan yang diselenggarakan oleh Ikatan Penerbit Indonesia (IKAPI). IIBF Diselenggarakan pertama kali tahun 1980, tahun 2017 adalah penyelenggaraan yang ke-37. Sejak tahun 2014 bertransformasi menjadi pameran buku berskala internasional.
Tahun ini IIBF akan diselenggarakan selama lima hari, 6-10 September 2017 di Jakarta Convention Center, Senayan.