Kamis 24 Aug 2017 18:58 WIB

Kriminolog Ini Terbengong Saksikan Kejahatan Saracen

Rep: Ronggo Astungkoro/ Red: Qommarria Rostanti
Ilustrasi Hate Speech
Foto: Foto : MgRol_94
Ilustrasi Hate Speech

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kriminolog dari Universitas Indonesia (UI), Adrianus Meliala, mengaku terkaget-kaget dengan kejahatan yang dilakukan oleh sindikat Saracen. Menurutnya, kejahatan itu merupakan suatu kemajuan dalam bidang modus kejahatan.

"Terus terang saya dari pagi itu terbengong-bengong, kok bisa ya Indonesia begini. (Modus ini) memang terlalu advance ini," ujar Adrianus ketika dihubungi Republika.co.id, Kamis (24/8).

Adrianus pun yakin, kejahatan seperti itu bukan suatu tindak kejahatan yang umum atau populer di banyak negara. Namun, justru di Indonesia, yang dikatakan sebagai negara yang belum terlalu maju, ada jenis kejahatan seperti itu.

"Kejahatan yang tidak terbayangkan, orang cari makan lewat kegiatan memposting sesuatu yang bernuansa kebencian. Untuk sementara, saya di kriminologi itu (menganggap) ini sebagai suatu perkembangan yang luar biasa," Adrianus.

Kemajuan tersebut menurutnya terdapat pada motif dan modus kejahatannya. Selain itu, kejahatan yang dilakukan oleh sindikat itu pun dianggap sebagai suatu yang luar biasa. Meski begitu, menurut dia, kejahatan itu merupakan kemunduran dari sisi sosialnya. "Ternyata yang namanya hate speech dijadikan komoditas, itu luar biasa. Sesuatu yang begitu dihindari karena pasti memecah belah, eh malah dikomoditikan oleh sindikat," kata dia.

Dia mengatakan selama ini, ujaran kebencian yang dia ketahui hanya dilakukan oleh oknum-oknum pada pusat internet  atau dari kamar masing masing. Mereka memposting sesuatu yang menjelek-jelekkan pihak lain. "Selama ini kan hate speech itu kesannya iseng-iseng posting menjelekkan seseorang. Tapi, ini kan suatu yang diproduksi massal. Jadi, saya merasa ini suatu perkembagan yang luar biasa," kata Adrianus.

Modus kejahatan seperti itu, ujarnya, bisa saja digunakan oleh pejabat yang ingin menjatuhkan pejabat lainnya. Kejahatan itu pun bisa multifungsi. "Kalau motifnya hanya hate speech itu kan hanya lebih kepada konflik sosial. Tapi, kalau sudah direkayasa seperti ini bisa masuk ke politik, saling menjatuhkan atau character assosiation. Jadi multifungsi itu, berimbas ke yang lain," kata dia.

Ketika dihubungi Republika.co.id, dia pun mengaku masih belum lepas dari keterkagetannya. Alhasil, dia belum bisa memberikan masukan kepada kepolisian. Dia akan mencoba bertemu dengan polisi dan melihat pelakunya untuk mengetahui modus mereka. "Supaya bisa kasih masukan lagi. Ya amat sangat jelas bisa (dijadikan penelitian)," ujarnya.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...

Apa yang paling menarik bagi Anda tentang Singapura?

1 of 7
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement