REPUBLIKA.CO.ID, Oleh Rini Nuraini
Berbuat baik itu mudah. Dengan diam saja sudah berbuat baik. Bahkan ada istilah, diam itu emas. Tetapi untuk bermanfaat itu dibutuhkan perjuangan, aksi, dan keikhlasan. Sementara manusia dikatakan baik adalah manusia yang bermanfaat untuk orang lain. Seperti sabda Rasulullah SAW, “Sebaik-baik manusia adalah mereka yang bermanfaat bagi orang lain.”
Jika memberikan manfaat kepada orang lain, maka manfaatnya akan kembali untuk kebaikan diri kita sendiri dan juga sebaliknya. Allah SWT menegaskan, “Jika kalian berbuat baik, sesungguhnya kalian berbuat baik bagi diri kalian sendiri”. (QS. Al-Isra:7)
Diam melihat kondisi tidak baik, menjadi perbuatan diam itu tidak baik. Dalam keadaan demikan, diam bukan emas lagi, akan tetapi diam menjadi malapetaka. Hal itu karena kita membiarkan ketidakbaikan atau ketidakbenaran terjadi, misalkan kejahatan terjadi akibat kita diam.
Tiga dasar pemikiran di atas -- nasehat Rasulullah, firman Allah SWT, dan diam mengakibatkan kejahatan -- sudah semestinya masing-masing kita untuk tidak diam, melainkan kreatif melakukan perjuangan, dengan bukti aksi, dan penuh ikhlasan. Hal itu amat penting supaya hidup kita bermanfaat untuk orang lain.
Beragam cara dapat dilakukan untuk menjadi bermanfaat, dapat disesuaikan dengan kapasitas atau kemampuan diri kita masing-masing dan kebutuhan dari lingkungannya masing-masing. Jadi hanya butuh kreativitas saja untuk bermanfaat. Apakah kita berekonomi lemah atau kuat, semuanya dapat melakukan aksi untuk menjadikan diri bermanfaat. Ekonomi bukan suatu alasan. Yang menjadi penting adalah apakah kita berkeinginan untuk menjadikan diri kita ini bermanfaat atau tidak?
Contohnya adalah menasehati kebaikan; memberikan informasi yang dibutuhkan; memberikan ilmu, memberikan bantuan berupa tenaga, dana, atau lainnya; membimbing orang lain menuju suatu prestasi tertentu; dan lain-lain. Semudah tersenyum.
Kebalikan dari menjadi diri bermanfaat, berarti tidak peduli atau cuek terhadap kebutuhan atau kepentingan lingkungan kita? Biasanya banyak alasan yang dikemukakan untuk hal ini, seperti mengatakan diri kita ini sibuk, lelah, tidak ada untungnya, tidak penting, tidak ingin mencampuri urusan orang lain, dan lain-lain.
Hal terpenting mengingat terkait dari bermanfaat ini, adalah dari firman Allah, bahwa berbuat baik sesungguhnya berbuat baik untuk sendiri, tidak kah berkeinginan yang menghampiri kita ini adalah sesuatu kebaikan?
Mengingat juga kebutuhan masyarakat yang membutuhkan sedikit saja aksi atau kepedulian dari kita, tetapi dampaknya dapat bermanfaat bagi orang lain, tidakkah kita ingin melakukannya? Pesan psikologi, menjadi bermanfaat untuk orang lain membuat kita merasa dibutuhkan dan bahagia.
Lingkungan dapat berarti keluarga, sanak famili, lingkungan RT/RW, lingkungan organisasi, destinasi publik, dan lain-lain. Jika kita mempunyai kesadaran untuk menjadikan diri bermanfaat di lingkungan tersebut, insya Allah akan menjadikan lingkungan tersebut menjadi baik. Karena lingkungan itu sendiri merupakan elemen kecil dari tatanan negara ini, maka negara ini akan menjadi negara yang baik juga, jika dibangun dari elemen-elemen kecil yang baik.