REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Prof Yunahar Ilyas meyakini RS Syariah menjadi prospek di masa depan, khususnya bagi umat Islam. Karena itu, ia berharap mulai saat ini ada edukasi di kalangan masyarakat dan melakukan sosialisasi secara aktif terkait hal ini.
Menurut Yunahar, dengan adanya RS Syariah umat Islam tidak hanya bisa mendapatkan obat produk halal, tapi juga akan mendapatkan pelayanan yang ramah dan nyaman. "Jadi sangat prospek dan menjanjikan. Pasti umat Islam lebih senang dapat pelayanan yang bagus apalagi halal, gak usah ragu-ragu," ujar dia saat dihubungi Republika, Senin (28/8).
Pendirian RS Syariah saat ini sedang diupayakan oleh Majelis Upaya Kesehatan Islam Seluruh Indonesia (Mukisi) bekerjasama dengan Dewan Syariah Nasional (DSN) Majelis Ulama Indonesia (MUI). Hingga saat ini, baru satu RS yang sudah menjadi RS syariah, yaitu RS Sultan Agung Semarang, sedangkan RS Nur Hidayah Bantul segera menyusul untuk mendapatkan sertifikat RS Syariah.
Wakil Ketua MUI ini berharap keberadaan RS Syariah tersebut menjamin umat Islam mendapatkan obat yang halal saat dirawat di rumah sakit. "Harus ada edukasi kepada masyarakat bahwa sesuai dengan ajaran Islam itu harus berobat secara Islam. Artinya, berobat lah tapi tidak boleh berobat dengan cara yang haram sehingga kalau berobat di RS Syariah ada jaminan untuk obat-obatnya dan lainnya," kata Prof Yunahar.
Ia menambahkan, MUI sudah mengeluarkan semacam panduan RS Syariah. Di antaranya, jika RS Syariah mengurus pembiyaaan maka harus bermualat dengan perbankan syariah. Kemudian, dia melanjutkan, memproses asuransi juga menggunakan asuransi yang syariah.
Bahkan, dia menambahkan, transaksi membeli obat-obatan juga harus syariah, di samping obat-obatnya juga sudah pasti bersertifikasi halal. "Selebihnya, lebih banyak kepada pelayanan yang Islami. Pelayanan yang Islami baik oleh dokter maupun perawat, lingkungan dan sebagainya yang serba ideal," kata dia, menjelaskan.