Senin 28 Aug 2017 17:13 WIB

Din: Polisi Harus Ungkap Pengguna Grup Saracen

Rep: Eko Widiyatno/ Red: Ratna Puspita
Ketua Dewan Pertimbangan Majelis Ulama Indonesia (MUI) Din Syamsuddin
Foto: ROL/Havid Al Vizki
Ketua Dewan Pertimbangan Majelis Ulama Indonesia (MUI) Din Syamsuddin

REPUBLIKA.CO.ID, PURWOKERTO — Ketua Dewan Pertimbangan MUI Din Syamsuddin meminta pihak kepolisian mengusut kasus dugaan produksi konten fitnah dan hoax yang dilakukan oleh grup Saracen hingga tuntas. Tidak hanya mengusut siapa saja aktor-aktir yang ada di dalam grup tersebut, namun juga mengusut siapa pihak atau orang yang pernah menggunakan jasa grup ini untuk memproduksi hasutan-hasutan negatif.

Menurut Din, pengungkapan kasus itu memunculkan pertanyaan apa sebenarnya tujuan grup ini memproduksi berita-berita negatif yang bersifat provokasi. Pertanyaan lainnya, siapa saja yang telah menggunakan jasa grup ini untuk memproduksi hasutan-hasutan yang bersifat negatif.

''Polisi tidak perlu ragu-ragu mengungkap kasus ini. Bahkan yang terpenting, siapa saja pengguna ataiu user-nya juga harus diungkap,'' kata dia usai menghadiri acara pidato ilmiah di Universitas Muhammadiyah Purwokerto, Senin (28/8).

Dari informasi yang dia peroleh, Din menuturkan, grup ini tidak hanya menyebarkan berita-berita negatif pada kelompok tertentu saja. Tapi juga terhadap umat Islam, umat Nasrani, dan juga kelompok-kelompok masyarakat lainnya agar muncul keresahan. “Apalagi, infonya, grup ini memiliki akun hingga dua ribuan lebih,” kata dia. 

Din yang juga mantan Ketua Umum PP Muhammadiyah ini pun mengaku terkejut dengan terungkapnya sindikat Saracen yang diduga merupakan kelompok yang melakukan upaya provokasi, hasutan dan cenderung adu domba dengan menyebarkan berita-berita hoax atau hasutan melalui media sosial. “Sungguh, saya sangat tersentak dengan adanya grup seperti itu,” kata dia. 

Dengan terungkapkan grup yang khusus memproduksi berita-berita negatif, Din meminta masyarakat untuk tidak mudah terprovokasi berita atau informasi yang bersifat hasutan. “Saya berharap, ke depan bangsa ini bisa terbebas dari upaya-upaya provokasi. Bukan antara hanya antar umat agama, tapi juga sesama umat Islam,” kata dia.

Dia mengingatkan, bila mendapatkan informasi yang menimbulkan kebingungan atau bersifat provoikasi, agar segera melakukan klarifikasi. “Islam mengajarkan untuk mengedepankan tabayun dalam menerima informasi yang membingungkan. Jangan malah menyebarkan yang kemudian menimbilkan keresahan,” kata dia. 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement