Selasa 29 Aug 2017 09:53 WIB

Keutamaan Puasa Tarwiyah dan Puasa Arafah

Rep: Muhyiddin/ Red: Teguh Firmansyah
KH Cholil Nafis
Foto: dok.Pribadi / cholilnafis.tv
KH Cholil Nafis

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Komisi Dakwah dan Pengembangan Masyarakat Majelis Ulama Indonesia (MUI), KH Cholil Nafis mengatakan, terdapat banyak keutamaan di Sepersepuluh Bulan Dzulhijjah. Salah satunya yaitu keutamaan puasa Arafah dan puasa Tarwiyah.

"Kita oleh Allah SWT diberi keutamaan-keutamaan di Bulan Dzulhijjah dan jumlah sebenarnya hanya Allah yang tahu," ujar Kiai Cholil kepada Republika.co.id, Selasa (29/8).

Puasa Arafah merupakan puasa sunnah yang dilaksanakan pada hari Arafah yakni pada saat diberlangsungkannya wukuf di tanah Arafah tanggal 9 Dzulhijah oleh para jamaah haji. Sementara puasa Tarwiyah dilaksanakan pada hari Tarwiyah yakni pada tanggal 8 Dzulhijjah.

Menurut Kiai Cholil, umat Islam yang melakukan ibadah puasa maka akan diampuni dosa-dosanya yang lalu dan yang akan datang. "Ketika puasa di hari arafah itu diampuni dosa yang lalu dan dosa yang akan datang. Jadi, yang lalu yang sudah dilakukan kita diampuni, yang belum dilakukan Allah sudah mengampuni lebih dulu," jelasnya.

Keutamaan puasa Arafah ini tertuang dalam riwayat dari Abu Qatadah Rahimahullah. Rasulullah SAW bersabda: "Puasa hari Arafah dapat menghapuskan dosa dua tahun yang telah lepas dan akan datang, dan puasa Assyura (tanggal 10 Muharram) menghapuskan dosa setahun yang lepas". (HR. Muslim).

Kiai Cholil mengatakan, umat Islam sangat membutuhkan pengampunan dari Allah. Karena itu, sudah seharusnya umat Islam berpuasa Arafah dan Tarwiyah di Bulan Dzulhijjah yang ditetapkan Allah sebagai salah satu bulan yang baik.

Puasa Arafah dan tarwiyah sangat dianjurkan dilaksanakan untuk turut merasakan nikmat yang sedang dirasakan oleh jamaah haji sedang menjalankan ibadah di tanah suci. Hari-hari pada sepersepuluh bulan Dzulhijjah memang merupakan hari-hari yang istimewa.

"Jadi ada waktu-waktu di mana Allah memotivasi kita dengan caranya Allah bagaimana kita mendekati Allah. Jadi tidak ada yang lebih besar bagi kita adalah pengampunan, maka ada maghfiroh ada afwun. Kalau maghfiroh itu diampuni oleh Allah dan catatan pun tidak ada. Kalau afwun catatannya bada tapi oleh Allah tidak disiksa," kata Kiai Cholil.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement