REPUBLIKA.CO.ID, RAKHINE -- Data satelit yang diakses oleh badan HAM menunjukkan, kebakaran meluas di setidaknya 10 wilayah di negara bagian Rakhine menyusul sebuah tindakan militer terhadap populasi Muslim Rohingya di negara itu.
Warga dan aktivis menuduh tentara Myanmar menembak tanpa pandang bulu pada pria Rohingya yang tidak bersenjata, wanita, dan anak-anak. Mereka juga melakukan serangan pembakaran.
Namun, pihak berwenang di Myanmar mengatakan, hampir 100 orang telah terbunuh sejak Jumat pekan lalu ketika orang-orang bersenjata, yang dilaporkan berasal dari Arakan Rohingya Salvation Army (ARSA), melancarkan serangan pra-fajar di pos terdepan polisi di wilayah yang bergolak.
Pihak berwenang Myanmar mengatakan, ekstremis Rohingya melakukan pembakaran saat berperang dengan pasukan Pemerintah Myanmar. Sedangkan, warga Rohingya telah menyalahkan tentara yang melakukan pembunuhan di luar hukum.
Juru Bicara Pemerintah Myanmar tidak bisa segera dihubungi untuk memberikan komentar.
"Pemerintah Burma harus memberikan akses kepada pemantau independen untuk menentukan sumber-sumber kebakaran dan menilai dugaan pelanggaran hak asasi manusia," kata Human Rights Watch (HRW), Selasa, (29/8).
HRW mengatakan, kebakaran telah menghancurkan 100 km tanah. Area yang lebih besar dari yang terbakar saat tindakan keras oleh militer Myanmar setelah serangan oleh militan Rohingya pada bulan Oktober 2016. Data dari HRW menyebutkan sekitar 1.500 bangunan hancur.