REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Peningkatan jumlah mualaf di Kanada belakangan juga memicu ketertarikan pemerintah untuk meneliti alasan warganya masuk Islam. Mereka mendanai proyek seorang akademisi Australia, Prof Scott Flower, untuk melakukan studi tersebut.
"Kanada adalah negara yang tidak memiliki satu pun artikel jurnal tentang mualaf. Saya pikir ini kesempatan besar," kata Scott Flower.
Penelitian berjudul "Towards Understanding The Extremely Rare: Distinguishing Ordinary Processes of Religious Conversion from Violent Extremism" itu mendapat hibah Kanishka Project sebesar 169,2 ribu dolar Kanada. Kendati, Scott Flower mengaku belum tahu bagaimana pemerintah akan menggunakan hasil penelitiannya.
Imigran masih mendominasi populasi Muslim Kanada. Lebih dari 60 persen Muslim Kanada merupakan imigran yang datang ke Kanada selama 20 tahun terakhir. "Komunitas Muslim Kanada adalah fenomena kaum urban," tulis Canadian Dawn Foundation dalam laporan berjudul "Canadian Muslims-A Statistical Review."
Kedatangan para imigran Muslim ke Kanada sebagian besar dipengaruhi oleh perubahan kebijakan imigrasi Kanada dan gejolak politik-ekonomi umat Islam di negara-negara asal.
Belakangan, ungkap Sheila McDonough dan Homa Hoodfar dalam "Muslim in Canada: From Ethnic Groups to Religious Community", imigran Muslim yang datang ke Kanada berasal dari kelas menengah dan menengah atas.
Ia mencatat, hanya sekitar 17,6 persen yang berpendidikan kurang dari SMA. Situs resmi Pemerintah Kanada menyebutkan, negara itu menyerap lebih dari 200 ribu imigran setiap tahun, dengan total penduduk lebih dari 32 juta jiwa.