REPUBLIKA.CO.ID, MALANG -- Masalah kemanusiaan yang terjadi pada Rohingya sudah seharusnya disikapi secara apik dan teliti. Sebab, dimensi yang menyelimuti masalah ini sangatlah sangat luas.
"Jangan sampai maksudnya ingin mengembangkan kemanusiaan jatuhnya semakin memperkeruh dan menjerumuskan kita pada konflik keagamaan yabg lebih parah dan menimbulkan korban kemanusiaan lebih besar," kata Kepala Unit Kerja Pemantapan Ideologi Pancasila (UKP-PIP) Yudi Latif.
Menurut Yudi, timbulnya konflik Rohingya dikarenkan adanya elemen militerisme yang tersisa. Kemudian karena adanya warisan penjajahan di mana ada kelompok yang tak bernegara. Sentimen kebangsaan secara eksklusif juga terjadi pada dimensi yang luas.
"Jadi sepertinya tidak hanya karena masalah agama. Ada berbagai kepentingan yang bermain, termasuk juga kepentingan dana internasional. Jangan sampai terkecoh," tegas dia.
Hal utama yang perlu diperehatikan dari kasus Rohingya ada pada korban kemanusiaannya. Siapapun yang terbunuh, dia melanjutkan, tindakan atau bantuan perlu diberikan dari pihak manapun, baik pemerintah maupun masyarakat.
"Dan dalam Pancasila, masalah kemanusiaan tertulis pada sila kedua yang sensitivitasnya tidak hanya untuk lokal tapi persaudaraan ke negara lain. Itulah kepedulian Pancasila," tambahnya.