REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Lebih dari 1.3 miliar warga Cina, sekitar 1,8 persen, atau 23 juta adalah umat Muslim. Populasi Muslim ini terdiri dari 10 kelompok etnis dan bahasa utama termasuk 10 juta orang Hui berbahasa Mandarin dan 8,4 juta orang Uighur yang berbahasa Turki.
Sisanya adalah Kazaks, Kyrgyz, Salars, Tatar dan Uzbek, yang semuanya berbahasa Turki, serta Dongxiang dan Bao'an yang berbahasa Mongolia, dan Tajik yang berbahasa Farsi. Pada abad ke-7 Islam masuk ke Cina melalui para duta besar atau para pedagang.
Mereka datang baik melalui darat, di sepanjang Jalan Sutera melalui Asia Tengah, dan melalui laut, melintasi Samudra Hindia melalui Selat Malaka. Sumber sejarah mengklaim bahwa pada tahun 651, seorang utusan yang mewakili khalifah ketiga, yaitu Kalifah Utsman Bin Affan, datang ke istana Tang di Chang'an di China tengah.
Dengan penyebaran Islam ke Asia Tengah dan masuknya orang-orang Turki ke Islam, kota-kota di provinsi barat Xinjiang (sheen-jee-ahn) menjadi pusat kebudayaan Muslim yang penting sejak abad ke-10.
Terlepas dari beberapa batu nisan abad ke-12 yang ditemukan di kota-kota pesisir, bukti fisik pertama untuk kehadiran umat Islam di China berasal dari beberapa masjid abad ke-14 di tenggara yang saat ini banyak direkonstruksi.
Pada abad 18 dan 19, pengikut Afak Khoja, yang dimakamkan pada tahun 1693 atau 1694 di luar Kashgar di provinsi Xinjiang, membawa gelombang Islam dari timur ke Gansu, Ningxia dan wilayah lain di China tengah.