Australia telah mengeluarkan sebuah peringatan perjalanan baru untuk destinasi Bali karena para pakar memeringatkan bahwa gunung berapi di pulau ini, yakni Gunung Agung, bisa segera meletus. Ratusan getaran tremor setiap harinya mengguncang gunung berapi tersebut, dan ahli vulkanologi terkemuka di wilayah tersebut mengatakan bahwa kemungkinan letusan meningkat dari hari ke hari.
Dr Devy Kamil Syahbana mengatakan bahwa para wisatawan harus siap untuk mengubah rencana mereka jika gunung berapi tersebut meletus. Dampak awal yang paling mungkin terjadi akibat letusan besar itu adalah penutupan Bandara Ngurah Rai.
Departemen Luar Negeri dan Perdagangan Australia mengatakan, para wisatawan ke Bali harus mengonfirmasi kembali perjalanan mereka dengan maskapai dan agen wisata yang digunakan. Ratusan penduduk setempat telah dipindahkan dari desa mereka yang terletak di lereng gunung berapi itu.
Gunung Agung memang belum meletus dan penerbangan ke Bali belum terpengaruh tapi zona eksklusi di sekitar gunung berapi itu sudah memengaruhi tur dan kelompok trekking (pendakian).
Alat pemantau seismik di gunung berapi tersebut mencatat adanya 676 getaran tremor pada hari Kamis (21/9) yang disebabkan oleh lahar yang mendorong melalui lapisan batu dalam di bawah gunung, dan dalam satu periode enam jam pada hari Jumat (22/9) pagi, muncul 178 getaran tremor lainnya.
Dr Devy Syahbana, kepala mitigasi gunung berapi untuk wilayah timur Indonesia, mengatakan, getaran tersebut datang dari dalam gunung berapi. "Data kami menunjukkan, jumlah gempa masih terus meningkat, yang mengindikasikan bahwa magmanya memiliki energi sangat besar," jelasnya.
"Artinya kita harus waspada terhadap situasi ini tapi kita tidak perlu panik."
Ia mengatakan ,gempa itu sendiri merupakan bukti potensi letusan. "Magma mendorong ke segala arah, menemukan jalan yang paling mudah," sebutnya.
"Pada saat magma berhasil masuk ke jalur tertentu, itu menciptakan gempa -ia membuka jalan untuk menuju ke permukaan.”
Dr Devy Syahbana memonitor Gunung Agung dari sebuah stasiun pengamatan, sekitar 12 km dari kawah gunung berapi tersebut.
Ia mengatakan, tidak mungkin meramalkan ukuran letusan Gunung Agung, jika meletus. Gunung berapi tersebut belum meletus sejak tahun 1963, ketika sekitar 1.000 orang tewas.
Dr Devy Syahbana mengatakan bahwa letusan itu mencapai kategori 5 dalam Indeks Letusan Gunung Berapi (VEI) -sebuah letusan besar yang jauh lebih besar daripada letusan terbaru manapun di Indonesia.
Ledakan di Gunung Sinabung awal tahun ini hanya mendapat kategori 2 dalam VEI, kata Dr Devy Syahbana. Ia mengatakan, para wisatawan masih bisa datang ke Bali, tapi mereka harus siap jika ada yang berubah. "Jika ada sesuatu yang berubah, Anda harus siap untuk itu," ujarnya.
"Kami bahkan tak yakin gunung berapi ini akan meledak. Mungkin magma bisa saja habis dan krisis ini akan berakhir. Itulah kemungkinan yang kami harapkan."
Simak berita ini dalam bahasa Inggris di sini.